Hanya saja, etanol biasanya masih dicampurkan dengan bensin dari bahan bakar fosil.
Bahan bakar etanol digunakan sebagai alternatif yang dianggap lebih ramah terhadap lingkungan, karena bahan bakar etanol menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Etanol juga dapat membantu minimalisir ketergantungan terhadap sumber energi fosil yang sangat terbatas.
"Artinya nanti BBM kita akan ramah lingkungan, tidak ada polusi dan terbarukan," ucap Prabowo.
Selain hendak menjadikan singkong dan tebu sebagai bahan bakar pengganti bensin, Prabowo juga berencana menjadikan sawit sebagai bahan baku utama pembuatan solar atau minyak diesel (biodiesel).
Sejatinya, Pertamina sudah lama menggunakan campuran biodiesel dari minyak CPO sebagai campuran solar yang dikenal dengan B30.
Artinya, persentase minyak nabati sawit dalam solar yang dijual di SPBU Pertamina sekitar 30 persen.
Sementara Prabowo ingin kadar minyak nabatinya ditambah, bahkan kalau bisa persentase minyak nabati sawit dalam solar sampai 100 persen alias tanpa menggunakan campuran minyak fosil sama sekali.
Dengan demikian, menurut klaim Prabowo, Indonesia tak perlu lagi menghabiskan devisa untuk impor BBM.
"Kita sudah bisa bikin B100, artinya biodiesel dari kelapa sawit 100 persen. Bisa kita bayangkan nggak? Kita tidak akan impor lagi solar dari luar negeri (impor BBM), karena kita punya produksi kelapa sawit sekarang 48 juta ton," katanya.
Baca Juga: BBM Diesel Baru Berbahan Tanaman, Bukan Tebu atau Kelapa Sawit Tapi Dari Tumbuhan Ini
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR