Cerita ini menggambarkan bahwa mobil LCGC (Low Cost & Green Car) yang kemudian diterjemahkan sebagai ‘mobil murah' masih dinanti masyarakat meski harus menunggu setahun sejak diperkenalkan di ajang International Indonesia Motorshow (IIMS 2012).
Begitu pula Ipung Silaban, manajer perusahan swasta di Cikarang, salah satu dari 250 keluarga yang diundang khusus oleh PT Astra Daihatsu Motor(ADM) dalam acara malam apresiasi pelanggan Daihatsu di sebuah hotel di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Senin (9/9) malam. "Saya setia inden Ayla karena harga yang terjangkau, model baru dan fitur yang cukup bagus," sahut Ipung yang pernah membeli Xenia.
INDEN MENUMPUK
Bukti lain, acara customer gathering yang dibuat Toyota di Parkir Timur Senayan malam harinya usai konferensi pers berhasil menjaring 1.547 SPK Agya hanya dalam tempo 3 jam dari jam 19 hingga jam 20. "Itu banyak, lho, karena hanya 3 jam saja acaranya," sahut Widyawati Soedigdo, GM Corporate Planning & Public Relation TAM.
Tanggal 9 bulan 9, akhirnya menjadi era dimulainya industrialiasi proyek mobil LCGC. Proyek ini sudah digulirkan sejak 2009. Dan untuk mendukung proyek itu, pada September 2012 PT Astra International memperkenalkan duet Ayla-Agya yang kemudian ditampilkan kepada publik di IIMS 2012. Ketika itu pengunjung yang berminat dapat melakukan inden dengan melakukan tanda jadi antara Rp 1-5 juta. Harapan konsumen menggelora ketika para salesman menjanjikan akan siap delivery sekitar Maret atau April untuk pemesanan di IIMS saja. Ketika itu Daihatsu dan Toyota berharap pada Januari 2013 mobil ini sudah bisa diproduksi dan dijual. Namun skenarionya berkata lain.
Peraturan Pemerintah (PP) No 41 Tahun 2013 yang mengatur tentang proyek LCGC dan kendaraan rendah emisi atau Low Carbon Emission (LCE) baru terbit Juni 2013. Tapi produsen masih belum bisa memproduksi karena harus menunggu petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. "Barulah akhir Agustus kita menerima hasil verifikasi yang menyatakan Ayla-Agya lolos sebagai mobil LCGC pertama di Indonesia dengan kandungan lokal sudah mencapai 84 persen," tutur Sudirman MR, Presdir ADM, yang juga salah satu tokoh kunci dibalik proyek ini.
Sambil mengurut dada, Sudirman menyatakan lega sembari tersenyum. Namun kelegaan itu harus ia bayar mahal. Salah satu Board of Director Daihatsu Jepang ini pernah bercerita, Daihatsu seharusnya sudah bisa memproduksi 17 ribu unit LCGC mulai Desember 2012 hingga April 2013. Jika ditambah Mei hingga Agustus 2013 pastinya di atas 30.000 unit yang sudah lepas dari genggamannya. "Setelah launching ini kami sudah siap memproduksi dan mendistribusi sebanyak 3.000-4000 unit sebulan," tambahnya.
Jika ditambah dengan pesanan Agya angka produksi sebulannya bisa mencapai 5.000-6.000 unit. Untuk Toyota Agya saja hingga akhir tahun ini ditargetkan bisa terjual 19.000 unit. Jadi per bulannya akan dilempar ke pasar 4.000-an unit. Begitu pula dengan harapan Daihatsu. Target hingga akhir 2013 Ayla-Agya bisa terjual sekitar 30.000 unit.
Johnny Darmawan mengatakan kalau pasar LCGC ini atau segmen compact car potensinya sangat besar. "Ke depannya bisa menyaingi pasar MPV," katanya. Di tahun 2007, total pasar segmen compact car baru mencapai 44.888 unit, tapi di 2012 melonjak hampir tiga kali lipat menjadi 118.244 unit. Sedangkan di tahun ini total pasar segmen ini sudah mencatat penjualan 81.098 unit dari Januari-Juli atau meningkat 25 persen dibanding tahun lalu. "Ini pasar baru untuk segmen new entry. Salah satu sasaran kita pemilik sepeda motor," tambahnya.
Setelah muncul duet Ayla-Agya, sudah siap menyusul di belakangnya Honda Brio LCGC, Datsun dan Suzuki yang seluruhnya akan diproduksi di sini. Semoga industri otomotif nasional semakin mandiri. Jangan cuma bisa bikin MPV saja. (mobil.otomotifnet.com)