Jakarta - Mesin dengan teknologi common-rail diesel, memerlukan kualitas bahan bakar lebih baik ketimbang tipe mesin terdahulu.
Karena memang proses yang dilakukan lebih sempurna untuk menghasilkan pengabutan bahan bakar yang didukung oleh nosel injektor yang menyemburkan solar langsung ke ruang bakar dengan tekanan tinggi.
Salah satu syaratnya, saringan solar pun harus benar-benar mampu menyaring kotoran dengan lebih sempurna, karenanya dibuat dengan penyaring yang lebih rapat. Sayangnya, kondisi solar kurang sesuai bisa mempengaruhi umur pakai filternya.
Filter memang berfungsi menahan kotoran yang terbawa solar agar tidak memasuki injektor yang memang memiliki sensitifitas tinggi. Namun jangan salah, filternya pun ternyata boleh dibilang cukup sensitive. Terutama oleh kualitas solar yang kurang sesuai dengan spesifikasinya.
"Pernah coba liat kondisi filter, ketika pakai solar 3.000 km sudah terlihat coklat, sementara pakai Shell 5.000 km masih bersih," turut Surya, pengguna Toyota Fortuner diesel 2010. Tentu saja, memang ini terlihat dari kapasitas sulfur yang terkandung pada solarnya sendiri.
Namun, tentunya tak semua penunggang mobil diesel commonrail berkesempatan mencari bahan bakar solar yang sesuai untuk keselamatan filter solar yaitu dengan tingkat sulfur di bawah 300 ppm. Maka cara preventif pun perlu dilakukan.
"Sebaiknya bisa dilakukan penggantian filter solar, tiap dua kali penggantian oli mesin, atau tiap 20 ribu km," ujar Tommy Subagdja, dari Fakta Jaya Motor, di kawasan Karang Anyar, Jakpus.
Sebab, memang kerapatan filter menjadi salah satu penyebab akan lebih mudah tersumbat."Filter common rail memiliki kerapatan 2 mikron, sementara konvensional 5 mikron," lanjutnya.
Dari sini terlihat dengan tingkat kerapatan lebih kecil, tentu akan memerlukan kualitas bahan bakar yang lebih sedikit tingkat sulfurnya, yang tentu akan menyumbat jika terlalu banyak menumpuk.
Hal tersebut pun diamini oleh Haryanto, dari divisi product planning General Motors dalam suatu kesempatan.
Karena memang proses yang dilakukan lebih sempurna untuk menghasilkan pengabutan bahan bakar yang didukung oleh nosel injektor yang menyemburkan solar langsung ke ruang bakar dengan tekanan tinggi.
Salah satu syaratnya, saringan solar pun harus benar-benar mampu menyaring kotoran dengan lebih sempurna, karenanya dibuat dengan penyaring yang lebih rapat. Sayangnya, kondisi solar kurang sesuai bisa mempengaruhi umur pakai filternya.
Filter memang berfungsi menahan kotoran yang terbawa solar agar tidak memasuki injektor yang memang memiliki sensitifitas tinggi. Namun jangan salah, filternya pun ternyata boleh dibilang cukup sensitive. Terutama oleh kualitas solar yang kurang sesuai dengan spesifikasinya.
"Pernah coba liat kondisi filter, ketika pakai solar 3.000 km sudah terlihat coklat, sementara pakai Shell 5.000 km masih bersih," turut Surya, pengguna Toyota Fortuner diesel 2010. Tentu saja, memang ini terlihat dari kapasitas sulfur yang terkandung pada solarnya sendiri.
Namun, tentunya tak semua penunggang mobil diesel commonrail berkesempatan mencari bahan bakar solar yang sesuai untuk keselamatan filter solar yaitu dengan tingkat sulfur di bawah 300 ppm. Maka cara preventif pun perlu dilakukan.
"Sebaiknya bisa dilakukan penggantian filter solar, tiap dua kali penggantian oli mesin, atau tiap 20 ribu km," ujar Tommy Subagdja, dari Fakta Jaya Motor, di kawasan Karang Anyar, Jakpus.
Sebab, memang kerapatan filter menjadi salah satu penyebab akan lebih mudah tersumbat."Filter common rail memiliki kerapatan 2 mikron, sementara konvensional 5 mikron," lanjutnya.
Dari sini terlihat dengan tingkat kerapatan lebih kecil, tentu akan memerlukan kualitas bahan bakar yang lebih sedikit tingkat sulfurnya, yang tentu akan menyumbat jika terlalu banyak menumpuk.
Hal tersebut pun diamini oleh Haryanto, dari divisi product planning General Motors dalam suatu kesempatan.
"Filter solar memang masih bisa menangkal kualitas solar di pasaran pada umumnya, tetapi kualitas solar lebih baik, akan membuat lebih tahan lama," ujar lelaki berkacamata itu.
Nah, untuk mengetahui kualitas tingkatan sulfur yang kemungkinan diminum oleh tunggangan, sebaiknya melihat tingkatan sulfur pada solar berikut ini.
Nah, untuk mengetahui kualitas tingkatan sulfur yang kemungkinan diminum oleh tunggangan, sebaiknya melihat tingkatan sulfur pada solar berikut ini.
Solar umumnya memiliki tingkat sulfur 2.000 ppm, sementara Biosolar 500 ppm. Lantas Pertamina Dex dan Shell rata-rata 300 ppm.
Jadi, terlihat bahwa kualitas di bawah 300 ppm memang belum tersedia, oleh karenanya, penggantian sesuai saran Tommy patut dicoba. (mobil.otomtoifnet.com)
Jadi, terlihat bahwa kualitas di bawah 300 ppm memang belum tersedia, oleh karenanya, penggantian sesuai saran Tommy patut dicoba. (mobil.otomtoifnet.com)