Tim Red Bull boleh seenaknya mencabut perangkat KERS (Kinetic Energy Recovery Systems) pada RB7 di F1 Australia (27/3) lalu. Namun untuk seri kedua di Sepang Malaysia (10/4) mendatang, tim yang berbasis di Inggris itu harus berpikir berkali-kali untuk tidak menggunakan sistem tersebut. Selain karena Sepang memiliki 2 jalur lurus nan panjang, rata-rata sistem KERS juga digunakan oleh tim papan atas.
Tapi jika pemasangan KERS akan mempengaruhi reliabilitas RB7, ya memang masih lebih menguntungkan tidak menggunakan KERS. Apalagi bukan hanya KERS saya yang bisa diandalkan untuk trek lurus. Aplikasi sayap fleksibel juga akan sangat berpengaruh di trek ini. Sisi ini bisa dimaksimalkan oleh tim Red Bull untuk meraih kemenangan di Sepang Malaysia.
Namun hal senjata yang paling ampuh adalah strategi penggantian ban. Mengingat saat ini ban Pirelli sebagai pemasok tunggal ban di F1, lebih cepat aus alias degradasinya terlalu besar. Jadi pembalap yang bisa mengirit penggunaan ban dan mampu menyusun strategi tepat untuk melakukan pit stop adalah yang paling utama.
Hal ini diungkapkan oleh sebagian besar tim dan pembalap. Namun setelah melihat selisih lap tercepat hari Jumat (8/4), Mark Webber dan duo pembalap McLaren memiliki kans besar untuk memenangi balapan. Namun jangan anggap enteng Fernando Alonso dan Nick Heidfeld, karena berdasarkan data speedtrap di jalur lurus, Heidfeld dan Alonso adalah kedua pembalap yang paling cepat.
Mampukah Webber membalas kekalahannya di F1 Australia lalu? Kita tunggu buktinya nanti. (otosport.co.id)