Tren Kap Mesin Karbon Biar Mobil Bergaya Balap

Otomotifnet - Senin, 26 Oktober 2015 | 18:48 WIB

(Otomotifnet - )

Jakarta - Tren penggunaan bahan karbon, datang dari balapan Formula 1. Makanya enggak heran, kalau bahan ini indentik dengan kecepatan. Bahkan untuk produk-produk yang menggambarkan performa tinggi, pabrikan sudah menyematkan bahan karbon pada beberapa bagian.

Makanya sekarang penyuka modifikasi dengan konsep street racing atau yang doyan kecepatan, gemar mengganti material ini sebagai penguat aksen. Nah salah satu bagian yang paling sering terlihat diganti adalah kap mesin. (otomotifnet.com)




ASLI DAN MODIFIKASI


Kap mesin karbon sendiri, enggak ada asli bikinan pabrikan. Kalaupun ada yang menyediakan, biasanya hasil bikinan dari rumah modifikasi yang jadi rujukan pabrikan. Beberapa contohnya TRD (Toyota), AMG (Mercedes-Benz), Ralliart (Mitsubishi atau Mugen (Honda). Itu juga untuk tipe-tipe tertentu saja.

Untuk kendaraan yang beredar di Tanah Air, biasanya pasang kap mesin karbon hasil modifikasi dan teknik modifikasi yang digunakan ada wet dan dry carbon. Untuk yang wet carbon, merupakan teknik pelapisan bahan fiberglass dengan serat karbon.

Irfani dan Hari dari CB-Tech Kudus, Jateng bilang kalau dry carbon itu proses pencetakan dan pengeringan menggunakan sistem infus dan vakum. Jadi campuran resin dan serat karbonnya bisa lebih presisi. Hasil akhirnya, dry carbon bisa lebih tipis dan fleksibel.



MENYERAP PANAS


“Untuk yang benar-benar doyan modifikasi performa, memutuskan pakai kap mesin karbon karena bahan yang lebih enteng dari kap mesin standar. Kalau berbicaranya pakai yang dry carbon, beda bobotnya bisa 2-3 kali lipat lebih enteng dari yang bawaan pabrik,” ungkap Sugiharto.

Lebih lanjut punggawa Autotech Motorsport di Pasar Mobil Kemayoran, Japus itu bilang, bahan karbon punya kemampuan menyerap panas. Jadi panasnya sinar matahari, enggak mempengaruhi suhu mesin. Soal bobot, contohnya untuk kap mesin Honda Jazz bahan karbon bisa lebih kurang 3 kg. Jadi bobot Jazz bisa terpangkas 6 kg, kalau pasang kap mesin karbon.




HARGA 3 LAPIS

Soal harga, tentunya proses dry carbon lebih mahal dari wet carbon. “Bahkan kalau yang merupakan produk aftermarket, banderolnya lebih mahal lagi. Contohnya yang aftermarket bolt on untuk VW Sciroco dan Golf, belinya bisa sampai Rp 18,5 juta,” ujar Ferry Khoe dari Clovertech Garage Indonesia yang markasnya di Bandung, Jabar.

Sedangkan untuk yang custom dengan sistem dry carbon, paling mahal harganya Rp 7,5 juta. Nah kalau kap mesin sistem wet carbon, bermainnya di bawah angka Rp 5 juta. Untuk yang bolt on (impor) atau bikinan dari rumah modifikasi rujukan dari pabrikan, umur pakainya bisa sampai 10 tahun. Nah kalau di luar itu seperti bikinan Taiwan, umur pakainya bisa jadi hanya sampai 3,5 tahun.



BISA DIPERBAIKI

Perlakukan terhadap kap mesin karbon yang salah juga bikin umur pakainya pendek, terutama buat yang bukan barang impor. Seperti bila terlalu sering terpapar matahari, bikin permukaan terlihat menguning. “Atau juga karena lapisan pernisnya yang kurang bagus, bikin gampang mengelupas,” ungkap Sugiharto. Pernis ulang dengan biaya kurang leboh Rp 4,5 juta, bisa dilakukan untuk kerusakan seperti itu. Tapi kalau kerusakaannya sampai bikin bolong, tidak bisa dilakukan perbaikan.