Test Drive BMW 740Li Pure Excellence

Parwata - Rabu, 27 April 2016 | 13:55 WIB

(Parwata - )

Banyaknya fitur yang seperti didatangkan dari dimensi lain membuatnya terasa seperti mobil James Bond, tetapi apakah itu penting di kelas ini?

Jakarta - Pabrikan Jerman ini selalu memberi diferensiasi di setiap sedan flagship yang dihasilkannya. Misalnya, E38 yang pertama keluar di tahun 2002 dengan iDrive dan kini menjadi standar pengendali sistem hiburan kabin premium. Tidak berbeda dengan generasi keenamnya. Penggunaan bahan ringan CFRP (Carbon Fiber Reinforced Platform) bisa dibilang pertama di kelasnya. Begitu juga fitur-fitur pintar seperti hand gesture atau mode Dynamic yang bisa mengganti mode berkendara sendiri mengikuti gaya mengemudi. Namun apakah hal-hal tersebut berguna bagi penumpang di belakang yang hanya ingin merasa nyaman dengan wheelbase sangat panjang? Hanya sekadar menjadi gimmick? . (otomotifnet.com)

DIMENSI

Dengan panjang lebih dari 5,2 m, dipastikan kap mesin BMW 740Li long wheelbase ini akan selalu nongol ketika parkir dimana pun. Lebarnya juga melebihi tinggi aktor yang berperan sebagai Thor di The Avengers, Chris Hemsworth. Jadi jangan bertanya betapa sulitnya memarkirkan sedan bongsor ini di tempat yang tidak proper.

Hebatnya, rasa “mobil kebesaran” tidak terlalu kami rasakan ketika mengemudi. Mungkin efek dari desain dan layout kabin yang familiar dengan varian BMW lainnya, termasuk yang berdimensi kecil seperti Seri 3. Yang jelas, ukuran yang sangat besar ini untuk sebuah sedan berpengaruh positif untuk luasnya interior. Wheelbase panjang juga membuat penumpang tidak akan pernah kehabisan leg room, begitu juga head room.

Oh iya, di belakang juga masih dapat disesaki tiga penumpang, meskipun yang di tengah akan sulit merasa nyaman karena kontur jok yang ditinggikan dan ada transmission tunnel. Carbon Core juga membuatnya menjadi sedan full size teringan, dengan berat yang tidak mencapai 1,8 ton atau lebih ringan 15% dibanding generasi sebelumnya F02. Distribusi berat juga hampir sempurna 50:50 untuk better driving dynamic.

FITUR

Jujur saja, mungkin butuh satu halaman penuh jika mau membahas seluruh fitur BMW 740Li Pure Excellence. Baik eksterior maupun interior, sepertinya akan sulit untuk mengajarkan setiap fitur yang tersedia ke sopir. Mulai dari remote yang digunakan, sudah termasuk layar sentuh yang bisa digunakan untuk mengecek status mobil seperti jarak tempuh yang tersisa, apakah sunroof dan jendela terbuka atau tidak, menyalakan headights follow me home hingga mengeset waktu untuk menyalakan AC terlebih dahulu.

Meskipun, fitur parkir otomatis absen dan jangan mengharapakan respon yang sama dengan smartpone yaa. Pewangi ruangan bisa dipilih dari iDrive dengan dua aroma yang berbeda, begitu juga tingkat intensitasnya. Layar cakupan head up display juga jauh lebih besar dibanding pada model lainnya, apalagi sudah full color.

Di belakang masih ada tambahan monitor 10 inci di belakang masing-masing head rest yang bisa dikontrol dengan remote yang diletakkan di dalam arm rest. Yang menjadi favorit kami, BMW Touch Command. Merupakan tablet Samsung yang di-dock di arm rest belakang, tablet ini dapat dipasang dan dilepas untuk mengontorol hampir semua aspek mobil.

Mulai dari warna dan intensitas ambient lighting, lampu mana yang mau dinyalakan, menutup dan membuka sunroof, moonroof dan krey elektrik di setiap posisi, hingga mengaktifkan kursi pijat dengan berbagai kombinasi gerakan yang menjadi poin plus plus. Masih ada lagi? Tentu masih sangat banyak. Yang disayangkan, mengapa fitur safety pintar seperti adaptive cruise control, emergency brake otomatis, lane departure warning system dan keep assist tidak dimasukkan.

KENYAMANAN & HANDLING

Langsung ke intinya. Apakah Seri 7 G12 lebih baik dalam bidang kenyamanan dibanding sang raja nyaman seperti Mercedes-Benz S-Class? Hmm, sayangnya belum. Posisi duduk di belakang cenderung terlalu tinggi, pun joknya yang tidak seempuk yang seharusnya untuk sebuah full size sedan. Sudut recline jok belakang pun belum bisa dianggap spesial (dibanding sudut 37 derajat W222, tentunya), begitu juga ketika dibuat mode VIP, tidak ada foot rest dan leg rest.

Namun kami sangat suka ketika duduk di depan. Pengaturan jepitan support menunjukkan pengemudi dapat dipeluk sempurna oleh kontur jok. Feeling setir hampir sama dengan setiap BMW lainnya yang tentunya fun to drive, terutama ketika diganti ke mode Sport. Saran, pilih saja mode Adaptive selama perjalanan agar tidak repot-repot mengganti. Karena mode ini dapat menyesuaikan gaya mengemudi driver. Oh iya, kalau bertemu jalan dengan kontur yang rusak parah atau tanjakan curam, cukup tekan tombol di sebelah pengendali iDrive.

Satu sentuhan, setting suspensi udara akan naik setinggi 20 mm untuk memberikan ground clearance yang lebih tinggi. Sebagai info, ketinggiannya juga akan menurun 10 mm untuk menurunkan center of gravity. Kembali ke intinya, BMW tidak menciptakan Seri 7 untuk memberikan kenyamanan yang sempurna hanya ke penumpang saja. Pengemudi pun masih mendapat rasa dinamis dan senyuman yang sama ketika mengemudikan BMW yang lebih kecil. Yup, best of both worlds.

PERFORMA & KONSUMSI

Ternyata, mesin baru yang digunakan masih efisien dan bisa disebut hemat untuk ukurannya. Dengan bantuan konstruksi yang ringan, Auto Stop/Start dan coasting, kami masih mendapat angka 6,9 km/liter setelah melewati lebih dari 400 km kombinasi jalan tol dan kemacetan, bahkan tanpa mode Eco Pro.

Yang mengagetkan justru adalah performanya. Meski tenaga dan torsi lebih kecil dari S 400 L, keuntungan berat membuatnya jauh lebih cepat. Dalam mode Sport dan DTC aktif, waktu 0-100 km/jam tercetak hanya 5,6 detik saja! Yes, jadi sedan ultra-mewah ternyata tidak menghalangi 740Li untuk hampir secepat roadster Z4 sDrive35i yang pernah kami tes beberapa tahun lalu.

 Reaksinya terhadap injakan throttle pun instan, begitu juga respon instan perpindahan transmisi otomatis 8-percepatannya saat kickdown atau menambah injakan gas yang juga sangat kami suka pada setiap varian BMW lainnya.

Testimoni

ANANTA MAHESVARA
24 TAHUN PENGEMUDI MAZDA CX-9

Ini BMW yang empuk banget ya bantingannya, beda sama biasanya. Enak juga dibawanya, padahal gede banget tapi nggak kerasa berat. Tapi di belakang posisinya agak tinggi sih ya. Tapi saya suka bahan-bahan interiornya, berkelas banget...

Data Spesifikasi BMW 740Li Pure Excellence:

Mesin: BMW B58 TwinPower 6-silinder segaris dengan twin-scroll turbocharger, Valvetronic, Double-VANOS dan High Precision Injection

Kapasitas: 2.998 cc

Kompresi: 11 : 1

Tenaga Maksimum: 320 dk @ 5.500 - 6.500 rpm

Torsi Maksimum: 459 Nm @ 1.380 rpm

Transmisi: Otomatis 8-percepatan Steptronic

Dimensi (p x l x t): 5.238 mm x 1.902 mm x 1.479 mm

Wheelbase: 3.210 mm

Ground Clearance: 152 mm

Radius Putar: 6,46 m

Sistem kemudi: Electromechanical Power Steering

Suspensi Depan: Double Wishbone dengan Two-Axle Air Suspension dan Variable Damper Control

Suspensi Belakang: Multi-Link dengan Two-Axle Air Suspension dan Variable Damper Control

Rem Depan/Belakang: Cakram Berventilasi / Cakram Berventilasi dengan ABS, EBD, BA, ESC, DTC

Ukuran Ban Depan/Belakang: 245/45R19 (RFT) / 275/40R19 (RFT)

Kapasitas Tangki: 78 Liter

Berat: 1.770 kg

Harga: Rp 2.499.000.000 (off the road)

Data Tes BMW 740Li Pure Excellence

Akselerasi:

0 – 60 km/jam: 2,7 detik

0 – 100 km/jam: 5,6 detik

40 – 80 km/jam: 2,2 detik

0 – 201 m: 9 detik

0 – 402 m: 13,9 detik

Konsumsi:

Dalam Kota: 6,9 km/liter

Luar Kota: 8,7 km/liter

Konstan 60 km/jam: 17,5 km/liter 2 1.350 rpm

Konstan 100 km/jam: 14,4 km/liter @ 1.450 rpm

Pesaing:

Mercedes-Benz S 400 L Exclusive (CBU)

Mesin: V6 Bi-Turbo 2.996 cc

Tenaga / Torsi: 333 dk @ 5.250 - 6.000 rpm / 480 Nm @ 1.600 – 4.000 rpm

Transmisi: Otomatis 7-percepatan 7G-TRONIC

Harga: Rp 2.459.000.000 off the road