Start Pakai Launch Kontrol System. Tinggal gas pol mirip pembalap MotoGP start, lepas kopling perlahan motor langsung melesat, tanpa takut roda depan terangkat. Wussssssh..!
JAKARTA - Test ride kali ini merupakan pertemuan kedua OTOMOTIF dengan Yamaha YZF-R1M. Yang pertama saat tes Bridgestone Battlax S21 Maret silam di sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi. Kala itu merasakan performanya di trek balap F1 yang super mulus, sehingga lebih sering main di kecepatan tinggi.
Nah di kesempatan ini yang menggunakan unit milik Yamaha Indonesia, difokuskan pada penggunaan di jalan raya. Sekalian tes akselerasi, konsumsi bensin dan menguji di dynamometer untuk mengetahui tenaga dan torsi di roda. Berikut rangkuman dari pengetesan motor yang dijual Rp 812 juta OTR Jakarta ini. Simak terus! • (otomotifnet.com)
Bungkuk dan Panas
Posisi duduk R1M bisa dibilang paling ekstrem di antara moge 1.000 cc lainnya, lantaran sangat merunduk memaksa rider membungkuk. Bisa begitu karena tinggi jok mencapai 860 mm, jinjit saat berhenti!
Dikombinasi setang yang begitu rendah khas sport bike. Dengan posisi ini, berkendara di jalan raya seputaran Jakarta saat weekday yang merayap memang sengsara. Telapak tangan, lengan, punggung dan pinggang jadi cepat pegal. Jika berkendara di atas 30 menit kelamaan tangan akan kesemutan.
Jika ingin menikmati R1M, mesti pintar cari jalur yang lancar atau sekalian Minggu pagi, ketika jalan lebih lengang. Sehingga kecepatan bisa lebih tinggi dan posisi duduk sekalian menunduk dan tangan ditekuk, hasilnya jadi lebih nyaman.
Dalam kondisi lancar, bisa dirasakan handling yang mudah diarahkan. Selain bobot kering cuma 180 kg, wheelbase juga pendek hanya 1.405 mm. Tapi jangan diajak berkelit di kemacetan ya, tetap susah karena sudut kemudinya lebar.
Torsi Bak 2 Silinder
R1M menggunakan konsep mesin seperti R1 lawas, yaitu kruk as crossplane yang diturunkan dari YZR-M1 tunggangan Valentino Rossi di MotoGP. Keunikannya posisi piston seakan tak beraturan dengan timing pengapian 1-3-2-4, sedang mesin 4 silinder umumnya pakai timing 1-2-4-3.
Efeknya suara mesin cenderung kasar, malah mirip mesin 2 silinder L Ducati. Dan karakternya juga mirip. Sejak putaran bawah torsinya terasa lebih badak, sangat beda dengan mesin 4 silinder biasa.
Tak heran di jalan raya lebih sering hanya pakai gigi 1 dan 2 karena dorongan tenaga dari awal serasa tak habis-habis. Kadang masuk 3 atau 4 pun hanya untuk menurunkan rpm, sedang gigi 5 dan 6 bisa dibilang enggak pernah terpakai.