Mantan Bos Toyota Ungkap Kisah Di Balik 45 Tahun Toyota di Indonesia

Selasa, 1 November 2016 | 15:12 WIB

“Zaman dulu dianggap kebiasaan. Misal kalau dealer trip, penjualan turun. Kita bikin antinya. Januari enggak boleh lagi maklumin penjualan turun, harus tetap kencang. Jadi penjualan distok untuk bulan berikutnya”.

“Pada saat pasar mau turun, harus ada gantinya. Kita mau tetap agresif," tutur Johnny.

Meski sama saja dengan pengurangan harga, istilah diskon tak begitu disukai

Bukan Diskon, Tapi Pengurangan Harga  

Lalu dalam kondisi apa pabrikan memberi diskon dahsyat hingga puluhan juta rupiah?

Johnny menyebut selalu ada masa-masa di mana stok meningkat.

“Turbulensi udah biasa. Tapi saya enggak suka istilah diskon. Perlu disiasati, ini pengurangan harga, he he he.”

“Misal, ajak calon konsumen sabtu ke show room. Nanti dikasih potongan 10 juta. Sama aja. Nanti kalau ditanya (oleh TAM), alasan saya ini kan campaign.”

Kunci Sukses, Tim Yang Kompak 

Kunci sukses Toyota menurut Johnny ada pada semangat kekompakan tim.

“Caranya bukan dimarahi tapi dimotivasi, ditantang, masa kamu kalah?”

Ia lantas menceritakan bagaimana penjualan sebuah dealer meningkat dengan cara memberi apresiasi tinggi jika berhasil.

Begitu juga dengan standar kerja mekanik dichallenge dari yang kurang dari dua mobil sehari menjadi semaksimal mungkin hingga 2,7 sehari.

Pabrik Toyota di Karawang

Menyamakan Standar Orang Indonesia dan Jepang

Soal budaya kerja, ada yang berbeda dari Indonesia dan Jepang. Sehingga dilakukan training agar orang Indonesia dapat menjalankan sistem dan memahami budaya kerja Jepang.

Namun hasilnya kerap tak seperti yang diharapkan. Untuk itu tahun 1994, dikirimlah pekerja-pekerja Indonesia ke Jepang. Jumlahnya sampai 300 orang.

“Berbeda dengan kebiasaan hidup di sini, mereka di sana harus bekerja keras untuk survive.

“Hal ini mengubah paradigma berfikir mereka akan kerja dan kualitas. Hasilnya bisa dilihat. Lama-lama level Indonesia naik, sekarang bahkan ada 7 direktur di TMMIN,” terang Johnny.

Indonesia jadi basis ekspor, didukung banyak faktor penunjang

Indonesia Jadi Production Base 

Indonesia saat ini menurut Johnny adalah eranya production base.

“Era otomotif indonesia era production base. Kalau Toyota masuk, yang lain akan masuk. Mereka (kompetitor) akan bilang, kalau Toyota sukses, kita makin ketinggalan. Saya berprinsip Indonesia jadi manufacturing. Dari 2004, (Toyota Jepang) baru yakin banget tahun 2010,” ulas Johnny.

Menurutnya, Indonesia punya banyak hal yang menguntungkan.

“Fundamental populasi bagus. Demografi penduduk banyak kalangan usia muda, politik membaik, betul ada masalah perburuhan tapi soon, sudah mulai menjadi partner. Peringkat kemudahan berbisnis naik. Kebetulan Indonesia bagus,” papar Johnny seputar hal-hal yang membuat Toyota pusat mempertimbangkan untuk menjadikan Indonesia pusat produksi global. (otomotifnet.com)