Beralih ke mode sport, di sini mesin jadi tambah bertenaga, kinerja transmisinya tambah cekatan, dan suspensi terasa lebih keras. Bagi yang ingin memacu adrenalinnya dengan E 300, mode ini bisa jadi pilihan.
Kalau masih belum puas dengan performa E 300 di mode sport, geser ke mode sport +. Pada mode ini, memang setir jadi lebih berat dan suspensi juga makin keras. Tapi, performa E 300 yang sebenarnya muncul di mode ini.
Ketika kami coba berkendara di mode sport + di rute tol, dalam kondisi gas terinjak kurang dari setengah E 300 dengan mudah mencapai kecepatan 120 km/jam.
Bahkan kecepatan 160 km/jam pun bisa diraih dengan mudah. Andai situasinya memungkinkan, kecepatan 200 km/jam rasanya bukanlah hal yang sulit untuk kami capai.
Bicara soal performanya. Terasa jika di putaran bawah, torsi E 300 masih kalah jika dibandingkan E 250.
Lain cerita di putaran atas, torsi yang dilimpahkan oleh mesin E 300 seolah tak ada habisnya. Makanya, ketika kami melewati trek menanjak dengan tingkat kemiringan yang cukup tegak, kami hanya perlu sedikit menginjak gas, dan E 300 mampu menanjak dengan sangat mudah.
Untuk suspensinya, bantingan E 300 terasa lebih empuk dari E 250. Salah satu penyebabnya adalah karena E 300 memakai ban berukuran 19 inci dengan tapak lebar.
Dalam kondisi digeber di jalan tol, E 300 masih mampu mencetak konsumsi BBM tol yang tergolong efisien.
Pada jalan bebas hambatan ini, E 300 sanggup mencetak angka 1:12,5 km/liter. Cukup impresif untuk sebuah sedan besar nan kencang.
Untuk urusan performa, Mercedes Benz E 300 bisa dibilang nyaris sempurna. Kelemahan yang sempat kami rasakan adalah masih ada sedikit gejala body roll jika E 300 dikendarai di jalan tol dalam kecepatan tinggi pada mode comfort. Namun masih dalam taraf toleransi. (otomotifnet.com/Nugie)