Otomotifnet.com - BMW X5 merupakan salah satu model mobil yang populasinya kecil.
Ini tak lepas dari latar belakang sejarahnya di Indonesia dulu.
“X5 kalau ada barang, biasanya enggak lama di sini, ada aja yang minat, mungkin karena langka itu tadi,” ujar Acing, salah satu penjual mobkas di Mall MGK Kemayoran, Jakarta Pusat.
Oleh sebab itu mencari BMW X5, khususnya X5 dengan kode bodi E53 bekas, dirasa lebih sulit ketimbang mencari tipe BMW lain.
(BACA JUGA: Sponsor Yamaha MotoGP Ganti Logo, Begini Versi Indonesia)
“Dibanding Seri 3 seperti E36, E46, E90, X5 emang lebih susah carinya,” sambung Acing, yang juga pernah gabung komunitas BMW Car Club Indonesia.
Di samping itu, BMW X5 E53 merupakan tipe yang diproduksi BMW dari tahun 1999–2006.
“Tapi dia baru masuk sini tahun 2001, pilihan mesinnya 3.000 cc dan 4.400 cc, ada juga yang 4.600 cc,” jelasnya.
Bahkan menurut penuturan Acing, BMW X5 di Indonesia jumlahnya hanya sekitar 1.000-an unit saja.
“Kalau di komunitas sih isunya cuma ada 1.000-an unit, makanya jadi langka,” tuturnya.
Makanya enggak heran kalau sekarang banyak orang yang cari BMW X5 bekas, khususnya tipe E53.
Selain harganya sudah cukup terjangkau di kisaran Rp 150 hingga 200 jutaan, mobil ini bisa jadi collector item juga karena unitnya yang tak banyak.
Tapi melihat sejarahnya, Otomotifnet melihat pasar SUV saat itu belum terbentuk luas seperti saat ini.
Tahun 2000-an merupakan tahun awal deregulasi di mana publik boleh memasukkan mobil dari luar negeri dalam kondisi utuh (CBU) via importir umum.
(BACA JUGA: Ini Baru Hoax Yang Membangun, Mobil VW Bisa Melayang)
Maka masuklah mobil-mobil impor dengan brand kuat seperti Jeep Cherokee, Toyota Land Cruiser dan Harrier.
Di sisi lain, Mercedes-Benz sangat kuat di pasar SUV lewat SUV ML Series.
BMW Indonesia sendiri belum mendapat porsi yang besar seperti saat ini di mana mereka menyerang dengan banyak segmen.