Otomotifnet.com - Beberapa waktu belakangan ini penggunaan monosok di kalangan pemilik Yamaha Aerox 155 sempat ramai.
Namun jangan salah, sebenarnya awal penggunaan monosok memang dibuat hanya untuk keperluan kontes, bukan untuk harian.
Beda lagi kalau dipakai harian, bisa-bisa rangkanya minta urut.
Sebenarnya para insinyur Yamaha yang mendesain motor ini sudah berfikir keras tentang kenyamanan dan kestabilan motor garapannya yang mengusung tema sport matic ini.
(Baca Juga : Suzuki Satria F150 Beringas, Jurus Kombinasi, Knalpot Enggak Berisik)
Jadi, enggak segampang itu mengubah sistem peredam kejut di motor ini.
“Motor ini dirancang untuk dua peredam kejut di belakang, tujuannya mungkin membagi titik redam yang sama ke bagian kiri dan kanan"
"Jika diubah jadi monosok, peredaman hanya bertumpu di satu titik. Akibatnya, motor pun tidak bisa stabil saat dipakai ataupun setelah dikembalikan ke semula,” beber Ridwan alias Chiwo, pebengkel dari Jakarta Timur.
(Baca Juga : Vario, PCX, Namaha NMAX, Aerox, Lexi Makin Nyentak, Cuma Upgrade CVT)
Kejadian tersebut memang dialami sendiri oleh Chiwo.
Motor lansiran 2017 tersebut, hanya bertahan 3 mingguan menggunakan monosok yang banyak beredar di pasaran.
“Karena enggak kuat getarannya. Selain itu, bantingan saat menikung ke kanan kaku banget, seakan motor ngelawan,” lanjutnya.
(Baca Juga : Kopling Yamaha Scorpio Z Senyap, Pasang Karet Rp 30 Ribu Berisik Hilang)
“Saat dikembalikan ke sok bawaan, juga masih terasa perbedaannya saat motor baru turun. Sekarang, jalan 120 km/jam kena jalan tidak rata langsung goyang"
"Memang belum dipastikan bagian rangka mana yang kena, setidaknya entah 1 atau 2 mm rangka kena. Enggak bakal ketahuan kalau ke tukang press bodi manual,” tutup Chiwo.