Otomotifnet.com - Kali ini OTOMOTIF mengadu 3 macam oli untuk melihat kemampuan kinerjanya pada mesin.
Tapi bukan mengadu antara satu merek dengan yang lain, tetapi material oli yang digunakan.
Ada mineral, sintetik, dan campuran Ester dengan kekentalan 10W-40 dan sudah JASO MA.
Yang ingin dilihat efek pada performa mesin dan terhadap pendinginan.
Mana yang paling bagus? Simak ulasan kami berikut ini! Rangga / OTOMOTIF
Metode Pengetesan
Pengetesan menggunakan Suzuki GSX-R150 2017 odometer 12.200 km, yang diuji di atas dynamometer milik workshop Farm Tuning yang terletak di Jl. Pertanian I no. 88B Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Tiap pakai masing-masing oli diambil tenaga dan torsi maksimumnya dari 2 kali run.
Saat pakai oli bawaan motor didapat tenaga 13,67 dk pada 9.583 rpm dan torsi 10,9 Nm di 8.125 rpm.
Untuk pengukuran suhu, agar sama rata tiap ganti oli motor “dilarikan” di atas dyno selama 1 menit 30 detik pada 7.000 rpm tanpa ditiup kipas pendinginan dari dyno.
Pada dynamometer Mainline memungkinkan putaran mesin dibatasi dengan cara menahan putaran dyno-nya.
Pengambilan suhu menggunakan termometer laser Krisbow yang diletakkan dalam jarak 30 cm dan diarahkan ke blok mesin.
Suhu yang diambil merupakan angka terakhir pada saat waktu 1 menit 30 detik berakhir.
Oli Mineral
Oli mineral merupakan hasil turunan dari proses penyulingan fraksional minyak bumi.
Dalam proses pengolahannya, oli mineral ditambah aditif-aditif yang berbeda pada setiap pabrikannya.
Setelah oli mineral dari salah satu brand terkenal ini dituang dan dites, tenaga yang didapat sebesar 13,79 dk pada 9.375 rpm dengan torsi 10,9 Nm di 8.333 rpm.
Pada pengukuran suhu pakai oli mineral mencatatkan angka 113° C, itu ternyata paling tinggi di antara ketiganya.
Bahkan sampai membuat indikator temperatur motor menyala, karena mesin merasa terlalu panas.
Dari literatur, oli mineral ukuran molekulnya tak seragam, karena masih ada unsur-unsur yang tidak penting, sehingga pendinginan kurang maksimal.
Lain halnya dengan oli semi-sintetik yang sudah dikeluarkan unsur tak pentingnya melalui proses hydrocracking.
Oli Sintetik
Oli sintetik memiliki bahan baku dari proses kimia, tanpa menggunakan minyak bumi sebagai bahan dasar, salah satu kelebihannya struktur molekulnya lebih stabil.
Pada oli sintetik yang dites, tenaga yang dihasilkan sebesar 13,70 dk di 10.000 rpm dengan torsi 10,9 Nm pada 8.125 rpm.
Suhu yang dicapai hanya 106° C, atau yang paling rendah pada pengetesan kali ini.
Karakteristik oli sintetik yang stabil saat terkena panas, membuat pendinginan dapat bekerja secara optimal.
Oli Ester
Oli Ester merupakan oli semi-sintetik atau sitetik yang diberi campuran ester sebagai aditif.
“Umumnya tak boleh lebih dari 20 persen ester. Kalo lebih tinggi banyak terjadi sludge,” terang Hendra Tjoa, Direktur PT. Trioline Agung Perkasa pemegang oli Igol di Indonesia.
Meski begitu, umumnya campuran ester sekitar 5 persen. Oli dengan campuran Ester mempunyai antifriksi bagus makanya jamak dipakai di balap.
Dalam pengetesan, oli dengan campuran Ester mencatatkan tenaga 13,74 dk pada 9.792 rpm dan torsi 11,0 Nm di 8.125 rpm. Suhu yang tercatat sebesar 107,1 derajat celcius. Beda sekitar 1,1° C dari oli sintetik.
Kesimpulan
Dari tes ketiga jenis oli antara yang mineral, sintetik dan ester ternyata tak mempengaruhi performa secara signifikan, ketiganya relatif sama karena bedanya hanya 0,03-0,12 dk, hal yang wajar ketika pengetesan di atas dyno, dan juga ketiganya sudah JASO MA sehingga tak menimbulkan selip di kopling.
Yang beda signifikan adalah suhu kerja, pakai oli mineral suhunya relatif lebih tinggi dibanding yang ester apalagi sintetik, ada beda sekitar 7° C.
Farm Tuning: (021) 2270 6787