Oli Mineral, Sintetik vs Ester, Mana Yang Bikin Mesin 'Seger' ?

Sukandi - Minggu, 24 Maret 2019 | 10:00 WIB

Tes Oli Mineral vs Sintetik vs Ester Mana Yang Paling Dingin? (Sukandi - )

Randy / OTOMOTIF
Tiap ganti oli ditap sampai habis sekaligus ganti filternya

Untuk pengukuran suhu, agar sama rata tiap ganti oli motor “dilarikan” di atas dyno selama 1 menit 30 detik pada 7.000 rpm tanpa ditiup kipas pendinginan dari dyno.

Pada dynamometer Mainline memungkinkan putaran mesin dibatasi dengan cara menahan putaran dyno-nya.

Pengambilan suhu menggunakan termometer laser Krisbow yang diletakkan dalam jarak 30 cm dan diarahkan ke blok mesin.

Randy / OTOMOTIF
Termometer laser diarahkan ke blok mesin dengan jarak kurang lebih 30 cm

Suhu yang diambil merupakan angka terakhir pada saat waktu 1 menit 30 detik berakhir.

Oli Mineral
Oli mineral merupakan hasil turunan dari proses penyulingan fraksional minyak bumi.

Randy / OTOMOTIF
Metode Pengetesan Oli Mineral

Dalam proses pengolahannya, oli mineral ditambah aditif-aditif yang berbeda pada setiap pabrikannya.

Setelah oli mineral dari salah satu brand terkenal ini dituang dan dites, tenaga yang didapat sebesar 13,79 dk pada 9.375 rpm dengan torsi 10,9 Nm di 8.333 rpm.

Pada pengukuran suhu pakai oli mineral mencatatkan angka 113° C, itu ternyata paling tinggi di antara ketiganya.

Bahkan sampai membuat indikator temperatur motor menyala, karena mesin merasa terlalu panas.

Dari literatur, oli mineral ukuran molekulnya tak seragam, karena masih ada unsur-unsur yang tidak penting, sehingga pendinginan kurang maksimal.

Lain halnya dengan oli semi-sintetik yang sudah dikeluarkan unsur tak pentingnya melalui proses hydrocracking.