Otomotifnet.com - Seperti diketahui, sejak darurat Covid-19 menghantam tanah air, penjualan kendaraan berangsur-angsur sempat lesu.
Untungnya kini mulai kembali meningkat.
Walau begitu, dampak pandemi Covid-19 diakui sangat dahsyat memukul telak ekonomi. Tak terkecuali penjualan kendaraan secara nasional.
Fakta bahwa daya beli masyarakat ikut melorot, merupakan salah satu penyebab penjualan kendaraan ikut melempem.
Hal ini disampaikan oleh Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Suwandi mengatakan, daya beli masyarakat belakangan ini dihadapkan pada dua kondisi cashflow.
“Pertama cashflow terhadap kewajiban membayar sudah sulit, sehingga yang sekarang ada adalah program restrukturisasi kredit,” beber Suwandi, yang dihubungi (10/8).
Baca Juga: Restrukturisasi Kredit Tembus 4,6 Juta Nasabah, Optimis Pulih Di Triwulan Ketiga
Kedua, Suwandi meneruskan, cashflow masyarakat untuk membeli kendaraan sempat tidak ada.
Hal inilah yang membuat perusahaan pembiayaan melakukan pengetatan, yakni menaikkan DP (Down Payment).
Tujuannya guna memperkecil risiko gagal bayar. Caranya dengan meninggikan uang muka alias DP (Down Payment) mulai dari 30% hingga 50%.
Yakni dibedakan berdasarkan mitigasi risiko atas dua kategori konsumen.
“(Kalau) sekarang kita kasih DP murah lagi, terus dia mau beli (dengan kondisi ekonomi pas-pasan), dan dia mau coba-coba."
"Nah yang dibikin coba-coba kita, yang susah kita,” imbuh Suwandi.
Masih menurut Suwandi, anggota APPI tengah berupaya bangkit di tengah ketidakpastian dampak Covid-19.
“Leasing itu bukan lagi enjoy menikmati duit, boro-boro ada duit, kita saja lagi mikir bagaimana membayar pegawai kita, bagaimana kita mau membayar hutang bank,” ungkap Suwandi.
Walau begitu, Ia menegaskan kepada seluruh anggotanya untuk tetap optimis agar bisa terus bergerak.
“(saat ini) belum bisa normal, kalaupun leasing mau memberikan kredit baru. Kayaknya bukan dari bank nih, tapi dari modalnya sendiri,” katanya menambahkan.