Otomotifnet.com - Ketika melakukan ubahan mesin secara ekstrem seperti bore up dan stroke up, akan menuntut perubahan kebutuhan jumlah bahan bakar dan udara. Nah pada mesin berteknologi injeksi, yang sangat berperan tentu injector.
Ketika terjadi perubahan kebutuhan jumlah bahan bakar akibat peningkatan kapasitas mesin, terkadang injector perlu diganti.
Tapi bagaimana cara memilih injector yang tepat? Pasalnya banyak sekali tipe dan jenis injector di pasaran.
“Istilahnya kalau di karburator ada pilot jet dan main jet, tapi rangenya sempit. Sedangkan injector rangenya lebih luas, tapi namanya range tetap ada batasan, ada angka minimum dan maksimum,” buka Thomas William, dari Reisen Motoshop.
Baca Juga: Injector aRacer Ada 3 Tipe, Mana yang Cocok Dibeli? Ternyata Berdasarkan Ini
“Misal injector 150 cc/menit, maksimum menyemprot 150 cc/menit. Saat bekerja ada nilai minimum, sekali membuka menutup valvenya minimal 2 milidetik. Sedangkan waktu maksimum kalau uji lab 11 milidetik,” lanjutnya.
Kalau katup pada injector buka tutupnya sudah lebih dari 11 milidetik, dapat dipastikan injector kurang deras! “Kalau sampai 12 milidetik berarti katup injector gak pernah tertutup, berarti valve injector membuka terus-terusan, ini saatnya menaikkan injector,” imbuh Ecu, sapaan akrabnya.
Istilahnya duty cycle mencapai 100%, yang artinya injector tak punya waktu istirahat atau tak sempat menutup, tapi sudah harus kembali menyemprotkan bahan kabar.
“Karena duty cycle atau kemampuan maksimum gak bisa menyuplai kebutuhan dari engine, istilahnya kalau sudah 12 milidetik masih kekeringan, berarti spek injector perlu dinaikin,” rinci pria ramah ini.
Baca Juga: Injector Baru aRacer buat Mesin Bore Up, Ada 3 Tipe, Rp 500 Ribuan Aja
Selain akan kekeringan, jika duty cycle mencapai 100% maka injector akan kepayahan, panas dan rawan rusak, makanya disarankan maksimal sekitar 80% agar ada waktu istirahat.
Selain itu, untuk mengetahui injector mana yang cocok bisa dengan melakukan flowbench, “Misal di motor balap MP1 dapat hasil flowbench 90 CFM, tinggal dikali 2, jadi hasilnya 180, maka pakai injector 180 cc/menit,” sahut Danu Andri Wibisono dari Duta Motor Sport (DMS).
Dan ternyata, besarnya debit injector bisa untuk melihat tenaga yang dihasilkan mesin. Seperti dijelaskan Freddy A. Gautama dari Ultra Speed Racing (USR) yang menjual injector aRacer.
“Injector 160 cc/menit untuk motor yang punya tenaga di bawah 18 dk, lalu 240 cc/menit buat motor yang punya range tenaga 18-27 dk. Sedangkan 310 cc/menit untuk mesin di atas 27 dk,” sebutnya.
Baca Juga: Vespa Matik Mesin i-Get dan 3vie Beda Jauh, Dari Injector Sampai Kampas Ganda Bebas Gredek
Selain spesifikasi semprotan, ada juga beragam jumlah hole. Mulai dari 2 hole, 4 hole, 8 hole, sampai 12 hole.
“Semakin banyak hole bukan semakin banyak debit semprotannya, ini pengaruhnya pada bensin yang masuk ke ruang bakar.”
“Semakin banyak hole, bensin yang masuk ke ruang bakar partikel semakin kecil atau jadi kabut. Kalau hole semakin sedikit, semprotannya tajam,” sambung Wibi, panggilan akrab Danu Andri Wibisono.
Tapi bukan berarti injector dengan hole yang sedikit tidak bagus, karena tergantung kebutuhan, “Makin banyak hole maka spray semakin menyebar, bagus kalau jarak injector dengan klep dekat. Tapi kalau jaraknya jauh, bagus yang tekanannya tinggi, karena butuh waktu lebih cepat untuk sampai ke klep,” rinci Ecu yang bengkelnya ada di Jl. Boulevard Raya Timur RGB81, Grand Galaxy City, Jaka Setia, Bekasi, Jabar ini.
Baca Juga: Injector Bawaan Motor Dan Aftermarket Memang Mirip, Tapi Lubang Dan Debit Tetap Beda
Gimana? Sudah bisa menentukan injector mana yang akan digunakan kan?