Upgrade Mesin Mobil, Baiknya Remap ECU atau Ganti Knalpot Dulu?

Aditya Pradifta,Panji Nugraha - Jumat, 18 Desember 2020 | 19:00 WIB

Ilustrasi upgrade mesin (Aditya Pradifta,Panji Nugraha - )

Selain itu, ada dampak lain pada mesin misalnya saja soal stoikiometri yang normalnya 13:1.

"Kita gak tahu berapa rasionya yang harus dinaik-turunkan persentasenya,"

"Yang bisa mengakibatkan reach (campuran bahan bakar basah) atau juga lean (campuran bahan bakar kering). Nah lean itu dekat dengan potensi mesin gelitik," terang Odi.

Dua keadaan ini adalah kondisi mesin tidak optimal, jika reach artinya AFR (Air-Fuel Ratio) sekitar 1:11.

Baca Juga: Kawasaki Ninja 150R Berobat ke Bengkel, Mesin Mati Saat Buka Gas Besar, Diurut Baru Ketahuan

Remap ECU oleh Elika Automotive Performance EP Tune

"Itu udah boros, hitam, ngebul, bau, dan gak enak. Kalau lean itu sekitar 1:14 atau 1:15 ke atas AFR-nya,"

"Padahal mobil itu masih menyimpan sekitar 10% lagi kalau AFR-nya ketemu di 1:13," jelasnya lagi.

"Akibatnya jika terjadi reach itu bisa ngempos di rpm bawah. Busi gak mampu membakar dengan sempurna karena kebanyakan bensin,"

"Kalau dibiarkan terlalu lama bahayanya bisa masuk carbon ke dalam mobil. Kalau ke mesin bisa bikin silinder jadi baret," sambung Odi lebih rinci.