Otomotifnet.com - Banyak pertanyaan yang belum terjawab saat sesi first ride All New Honda PCX 160.
Karena saat itu sesinya terbatas, baik waktu dan tempatnya. Ketika itu diadakan di sirkuit safety riding PT Astra Honda Motor, yang ada di Deltamas, Cikarang, Jawa Barat.
Pertanyaannya antara lain bagaimana karakter suspensinya ketika melewati jalan rusak, bagaimana akselerasi dan top speednya, berapa konsumsi bensin dan beberapa pertanyaan lain.
Nah pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya bisa terjawab setelah OTOMOTIF mendapatkan unit dan bisa mengujinya. Apakah PCX 160 ini lebih baik dibanding PCX 150? Yuk simak.
Baca Juga: All New NMAX, Aerox 155 Hingga Gear 125 Kena Promo Bucin, DP dan Cicilan Dipotong
Performa
Paling bikin penasaran tentu saja performa mesinnya, mengingat dapur pacu yang digunakan PCX 160 ini total baru, dengan label eSP+.
Mesin berkapasitas murni 156,9 cc ini diklaim punya tenaga maksimal 15,8 dk di 8.500 rpm dan torsi 14,7 Nm di 6.500 rpm. Tapi berapa sih keluaran aktual di roda?
Untuk menjawabnya PCX 160 ini digiring ke Sportisi Motorsport di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.
Di atas dynamometer Dynojet 250i yang memang biasa diandalkan OTOMOTIF, ternyata mesin yang kini punya 4 buah katup ini mampu menorehkan daya maksimal 12,08 dk di 8.500 rpm dan momen puntir 11,87 Nm di 6.210 rpm.
Angka itu lebih besar dari hasil dyno PCX 150, yang mana hanya 11,53 dk di 8.270 rpm dan 10,26 Nm di 7.670 rpm.
Bagaimana dengan karakter performanya ketika digunakan di jalan? Apakah dengan tenaga dan torsi lebih besar otomatis membuat PCX 160 jadi unggul jauh dibanding PCX 150?
Ternyata tidak juga, perlu kita tahu saat pengukuran dyno dilakukan dengan metode WOT atau Wide Open Throttle, gas dibejek mentok dari sekitar 4.000 rpm.
Makanya walaupun terlihat dari putaran bawah tenaga dan torsi PCX 160 lebih besar, tapi beda dengan di jalan, karena saat pemakaian normal tentu membuka gasnya secara gradual atau bertahap sesuai kebutuhan.
Baca Juga: Kawasaki Ninja ZX-25R Tampil Genit, Cat Niru Supra, Penuh Part Branded
Ternyata tarikan awal atau dari berhenti hingga kisaran 40 km/jam rasanya identik dengan PCX 150, tetap responsif padahal pakai roller 19 gr.
Wah kalau roller dientengin, pasti tarikan awalnya bisa lebih ngacir ya!
Yang beda signifikan justru pada kecepatan menengah dan atas.
Pada kisaran 40-70 km/jam, respons mesin justru terasa lebih kalem, baru kemudian di atas 70 km/jam yang mana di PCX 150 sudah terasa datar, di PCX 160 jadi kuat, terasa lebih ngisi.
Efeknya cruising di kisaran 80-90 km/jam jadi lebih menyenangkan, karena terasa tetap bertenaga.
Malah kalau dibejek terus, masih mudah tembus 110 km/jam, baru kemudian naik perlahan sampai angka di spidometer mentok di 119 km/jam.
Yup top speed PCX 160 ketika di lintasan mentok angka segitu, yang mana jika di Racelogic dapat 113,3 km/jam.
Sementara jika tanpa beban, digas dengan posisi distandar tengah mentok 125 km/jam, sedang saat kena beban roller dyno dan tanpa hambatan angin dapat 121 km/jam.
Baca Juga: Kawasaki KLX150 Berebet Kena Air Hujan, Lakukan Hal Ini Biar Aman
Karakter di atas sesuai dengan hasil tes akselerasi pakai Racelogic.
Bisa dilihat kecepatan 0-60 km/jam catatan waktunya sama-sama 5,2 detik, lalu 0-80 km/jam justru PCX 150 unggul, namun 0-100 km/jam PCX 160 lebih cepat.
Kalau dari raihan jarak, PCX 160 unggul di 0-100 m dan 0-201 m, tapi di 0-402 m justru seimbang. Hasil lengkapnya bisa disimak di tabel.
Oiya pasti ada yang penasaran apakah gredek? Sampai odometer mencapai 1.050 km, ternyata belum ada gredek.
Getaran yang terasa di setang, jok dan dek masih terbilang minim. Apalagi sekarang di setangnya terdapat peredam karet.
Konsumsi Bensin
Dengan mesin yang lebih bertenaga, apakah konsumsi bensin PCX 160 jadi lebih boros dari PCX 150?
Ternyata tidak juga, karena setelah dipakai sekitar 350 km, dengan berbagai kondisi jalan dan cara bawanya cenderung agresif, masih dapat angka rata-rata 42,2 km/liter.
Angka itu lebih irit dibanding hasil tes PCX 150 yang dapat 41 km/liter.
Oiya, walaupun rasio kompresi mesin PCX 160 mencapai 12:1, tapi aman pakai Pertamax, yang masih cukup mudah ditemukan.
Baca Juga: Maxi Yamaha Virtual Touring 2021, Mudah dan Berhadiah Puluhan Juta Rupiah
Apakah speknya kurang tinggi? Tidak juga, karena saran pabrikan minimal oktan 90 alias Pertalite.
Riding Position & Handling
Seperti diulas saat first ride, posisi duduk di PCX 160 ini identik dengan PCX 150, baik itu tinggi joknya, posisi setang maupun kaki.
Bedanya, busa jok terasa sedikit lebih empuk dan dek sisi depan yang bagian miring lebih lega.
Karakter handling pun terbilang identik, walaupun sasis yang digunakan sama sekali berbeda.
Sama-sama terasa ringan, nurut dan lincah. Tapi buat melibas tikungan juga lebih mantap, karena ukuran ban yang dipakai lebih lebar.
Melibas kemacetan juga tak begitu kesulitan walaupun punya panjang 1.936 mm, karena sudut belok setangnya lebar.
Yang beda tentu kenyamanannya, sedikit lebih baik, tak hanya karena busa jok yang lebih empuk walaupun tetap tipis, tapi juga dari suspensinya.
Suspensi belakang punya redaman yang sedikit lebih empuk. Jadi ketika melibas jalan tak rata, tapi yang tak parah, terasa lebih nyaman karena tekanan atau rasa “jeduk” yang terasa di pinggang jadi berkurang.
Tapi, jika melibas gundukan tinggi atau lubang yang lumayan dalam, sehingga suspensi mengayun lebih dalam, maka tetap terasa keras.
Maka sebaiknya dilibas perlahan saja. Tapi, ketika dipakai berboncengan empuknya pas.
Jadi walaupun sudah lebih nyaman, tampaknya PCX memang didesain untuk melibas jalan perkotaan yang mayoritas mulus.
Kalau medan yang dilalui banyak polisi tidur atau jalan rusak dan lebih sering berkendara sendirian, biar lebih nyaman perlu ganti sokbreker yang lebih empuk.
Lalu apakah sokbreker belakang ada gejala bengkok? Jika diamati lebih lurus, tapi memang ketika dipakai berboncengan ternyata pernya melendut dan menggesek plastik selongsong pelindung batang sokbrekernya.
Efeknya saat berboncengan dan motor berayun, ada terasa gesekan “sreg-sreg”.
Fitur & Teknologi
Dalam penggunaan harian, fitur yang langsung terasa gunanya tentu saja bagasi. Berkapasitas 30 liter, bisa dengan mudah memuat segala kebutuhan.
Kalau saat riding bisa muat helm, jas hujan, sepatu, sarung tangan, tas dan sebagainya.
Sedang laci di bawah setang bisa pas muat botol minum 600 ml.
Yang mana di dalamnya juga terdapat power outlet model USB, sehingga ketika mau mengisi ulang baterai smartphone, lebih mudah dibanding yang masih model lighter.
Sayangnya, di area setang maupun di bawahnya tetap tak ada gantungan barang. Padahal fitur kecil itu penting banget keberadaannya untuk penggunaan harian.
Yang terasa juga memudahkan tentu di bagian tangki bensin, karena sekarang ada dudukan untuk menaruh tutup tangkinya.
Kini proses membuka tutup tangkinya pun lebih mudah dan smooth, saat ditutup juga tak ada kesulitan. Di PCX 150 banyak kasus sulit dibuka atau ditutup.
Yang juga menarik adalah lampu barunya, sorotnya ternyata tipis tapi lebar, dan ketika lampu jauh diaktifkan akan menambah terang sisi tengah dan sedikit ke atas.
Tapi sorotnya tetap saja khas LED, putih dan saat hujan jadi remang-remang.
Kemudian, ketika melihat spidometer dengan layout baru yang terlihat beda signifikan tentu indikator lampu seinnya.
Yang mana kini besar dan memanjang, efeknya pengendara dijamin tak akan pernah lupa mematikan kembali setelah belok.
Lalu yang bikin penasaran tentu adanya fitur baru HSTC (Honda Selectable Torque Control) atau kontrol traksi, kapan bekerja dan efeknya bagaimana?
Ternyata HSTC jarang bekerja, hanya sesekali ketika akselerasi dan roda belakang menginjak permukaan yang licin, seperti rel kereta setelah hujan.
Saat itu, ketika roda belakang hampir slip, maka otomatis tenaga dikurangi, mesinnya brebet dan lampu HSTC di spidometer berkedip.
Sistem ABS pun hanya bekerja saat mengerem mendadak di jalan licin, misal ketika hujan.
Remnya sendiri terbilang empuk dan pakem. Tapi antara rem depan dan belakang beda. Yang depan lebih dangkal, sedang belakang lebih dalam.
Tampaknya karena di handel rem belakang juga terdapat switch buat starter.
Saat ditarik ada 2 bunyi klik, yang pertama untuk menyalakan lampu rem, yang kedua saat ditarik lebih dalam baru untuk starter.
Fitur andalan lain dari PCX 160 tentu ada smart key, yang mana di dalamnya juga terdapat answer back dan alarm, sehingga lebih aman dari kemungkinan dicuri.
Tapi sekarang di remote cuma ada 2 tombol, karena answer back dan alarm menyatu.
Data tes
PCX 150 PCX 160
0-60 km/jam: 5,2 detik 5,2 detik
0-80 km/jam: 9,4 detik 9,7 detik
0-100 km/jam: 17,2 detik 16,8 detik
0-100 m: 7,8 detik (@73,9 km/jam) 7,7 detik (@72,2 km/jam)
0-201 m: 12,3 detik (@88,9 km/jam)12,2 detik (@87,8 km/jam)
0-402 m: 19,7 detik (@103,9 km/jam)19,7 detik (@103,9 km/jam)
Top speed di spidometer: 118 km/jam 119 km/jam
Top speed di Racelogic: 111,2 km/jam 113,3 km/jam
Konsumsi bensin: 41 km/L 42,2 km/L
Data spesifikasi:
Tipe mesin: 4 Langkah, SOHC 4 klep, eSP+
Tipe pendingin: cairan
Sistem suplai bahan bakar: PGM-FI
Diameter x langkah: 60,0 x 55,5 mm
Kapasitas: 156,9 cc
Rasio kompresi: 12:1
Daya maksimum: 15,8 dk (11,8 kW) @8.500 rpm
Torsi maksimum: 14,7 Nm @6.500 rpm
Tipe tranmisi: Otomatis, V-Matic
Tipe kopling: Otomatis, Sentrifugal, Tipe Kering
Tipe starter: Elektrik
Tipe rangka: Double Cradle
Tipe suspensi depan: Teleskopik
Tipe suspensi belakang: Ganda
Ukuran ban depan: 110/70-14 M/C Tubeless
Ukuran ban belakang: 130/70-13 M/C Tubeless
Rem depan: Cakram hidrolik
Tipe CBS triple pots
Tipe ABS double pots
Rem belakang: Cakram hidrolik
P x L x T: 1.936 x 742 x 1.108 mm
Tinggi tempat duduk: 764 mm
Jarak sumbu roda: 1.313 mm
Jarak terendah ke tanah: 135 mm
Curb weight: 131 kg (CBS) 132 kg (ABS)
Kapasitas tangki bensin: 8,1 L
Sistem pengapian: Full transisterized
Tipe aki: 12 V-5 Ah, tipe MF
Tipe busi: NGK LMAR8L-9
Power charger: 5 V, 2,1 A