"Kami selalu berhati-hati saat melintasi wilayah dari Weleri hingga Mangkang," ujar Gunadi yang juga ketua Komunitas Sopir Truk Nganjuk (KSTN) itu.
Dia menjelaskan, para pengemudi truk biasanya melakukan berbagai antisipasi agar terhindar dari kejahatan tersebut.
Biasanya para pengemudi jika terpaksa melintasi jalur tersebut seorang diri pada jam rawan yaitu antara pukul 03.00 hingga 05.30, maka memilih lewat jalan tol.
Namun ketika melaju rombongan dengan truk lain maka berani melintasi jalur itu secara bersama-sama atau konvoi.
"Kami berupaya menghindari aksi kejahatan itu tetapi kadang masih ada sopir yang kena," bebernya.
Baca Juga: Honda Mobilio Kaca Bolong, Jadi Sasaran Teror Lempar Batu di Sragen, Tembus Sampai Kabin
Dia menjelaskan, ketika pengemudi truk mendapat musibah tersebut memilih tak melapor ke polisi.
Alasannya para pengemudi truk tak mau repot dan memilih mengganti kerusakan meskipun biaya ganti kaca depan paling murah sekitar Rp 1 juta.
Biaya akan membengkak jika batu tembus ke kabin melukai pengemudi atau membuat bodi penyok.
"Saya sendiri saja pernah jadi korban, dan terpaksa keluarkan biaya Rp 1 juta untuk ganti kaca plus jasa pemasangan," bebernya.
"Separuh uang pribadi sisanya klaim ke perusahaan. Kalau kena aksi lempar batu otomatis kami kerja tidak bayaran," terangnya.