Otomotifnet.com - Beberapa pengemudi truk menceritakan angkernya jalur Semarang-Kendal, terutama ketika dini hari sekitar pukul 03:00 WIB pagi.
Kaca depan dan samping kerap jadi taruhan karena disasar pelaku lempar batu tak bertanggung jawab.
Seperti yang diceritakan salah satu pengemudi truk bernama Gunadi, yang pernah menjadi korban pelemparan batu oleh orang tak dikenal.
"Kami para sopir menyebut daerah Kendal-Semarang sebagai jalur rawan lempar batu karena maraknya aksi tersebut," ujar Gunadi, (12/3/21).
Sebagai pengemudi truk lintas kota yang biasa menempuh trayek Jakarta-Surabaya, Gunadi sudah hafal kawasan yang rawan aksi kejahatan seperti lempar batu.
Gunadi setidaknya seminggu dua kali melintasi wilayah Jakarta-Surabaya.
Penilaiannya, untuk wilayah Jawa Tengah, daerah Kendal dan Semarang yang jadi momok bagi pengemudi truk.
Sementara ntuk wilayah Jawa Barat hampir tidak ada, karena jarang sekali.
Sedangkan untuk kawasan Jawa Timur, Gunadi menyebut paling rawan aksi kejahatan di daerah Jombang dan Mojokerto.
Namun menurutnya, dua wilayah di Jawa Timur tersebut masih kalah rawan dibanding jalur Semarang-Kendal yang sudah memakan banyak kaca truk dari aksi pelemparan batu.
"Kami selalu berhati-hati saat melintasi wilayah dari Weleri hingga Mangkang," ujar Gunadi yang juga ketua Komunitas Sopir Truk Nganjuk (KSTN) itu.
Dia menjelaskan, para pengemudi truk biasanya melakukan berbagai antisipasi agar terhindar dari kejahatan tersebut.
Biasanya para pengemudi jika terpaksa melintasi jalur tersebut seorang diri pada jam rawan yaitu antara pukul 03.00 hingga 05.30, maka memilih lewat jalan tol.
Namun ketika melaju rombongan dengan truk lain maka berani melintasi jalur itu secara bersama-sama atau konvoi.
"Kami berupaya menghindari aksi kejahatan itu tetapi kadang masih ada sopir yang kena," bebernya.
Baca Juga: Honda Mobilio Kaca Bolong, Jadi Sasaran Teror Lempar Batu di Sragen, Tembus Sampai Kabin
Dia menjelaskan, ketika pengemudi truk mendapat musibah tersebut memilih tak melapor ke polisi.
Alasannya para pengemudi truk tak mau repot dan memilih mengganti kerusakan meskipun biaya ganti kaca depan paling murah sekitar Rp 1 juta.
Biaya akan membengkak jika batu tembus ke kabin melukai pengemudi atau membuat bodi penyok.
"Saya sendiri saja pernah jadi korban, dan terpaksa keluarkan biaya Rp 1 juta untuk ganti kaca plus jasa pemasangan," bebernya.
"Separuh uang pribadi sisanya klaim ke perusahaan. Kalau kena aksi lempar batu otomatis kami kerja tidak bayaran," terangnya.
Sementara, menurut Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng-DIY, Bambang Widjanarko, aksi lempar batu yang menyasar truk disebabkan dua hal.
Pertama karena ulah para anak muda yang iseng lantaran kurangnya perhatian dan aktivitas sehingga melampiaskannya ke aksi tersebut.
Perbuatan tersebut dinilai dilakukan secara serampangan dan tidak ada motif kejahatan tertentu.
Kelompok itu hanya terpengaruh mental kolektif untuk memuaskan kelompok mereka.
"Berbeda dengan aksi begal. Mereka beraksi dengan struktur dan ada tujuannya yaitu menjarah barang milik sopir," ungkap Bambang.
Baca Juga: Tol Kayuagung-Palembang Rawan, Kaca Mobil Sasaran Pelemparan Batu, Lokasi KM 388
Motif kedua, lanjut dia, bisa saja dilakukan karena ulah pengemudi truk itu sendiri.
Dia mencontohkan, saat pengemudi truk ugal-ugalan di jalan sehingga mengancam keselamatan pengguna jalan atau ngeblong jalan.
Lantas ada pihak tak terima lantas melakukan pembalasan dengan aksi lempar batu tersebut.
Tak dipungkiri, biasanya dilakukan oleh truk kecil yang sering ugal-ugalan.
Berbeda dengan pengemudi truk besar yang lebih penyabar.
"Bisa saja begitu ada warga tak terima karena ada sopir ugal-ugalan," katanya.
Meski demikian, pihaknya telah mewanti-wanti kepada para pengemudi truk agar lebih sopan di jalan.
Pelatihan peningkatakan kapasitas sopir juga diselipkan materi terkait hal itu.
"Motif hanya iseng atau aksi balas dendam saja. Ga ada motif persaingan bisnis," ucapnya.
Dia mengakui, belum pernah melakukan penyelidikan mendalam aksi tersebut.
Baca Juga: Honda CR-V Bolong Kaca Belakang, Ditembus Batu Dari Pria Berjaket
Selain itu, belum pernah melaporkan ke pihak kepolisian.
Pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa dari kejadian tersebut.
"Kalau begal dan perampokan kami bersikap tegas dengan melaporkan ke pihak Kepolisian," terangnya.
Dia menyebut, kejadian lempar batu di Jateng dan DIY terhitung jarang.
Berbeda dengan jalur Sumatera yang marak kejadian itu.
Hampir setiap minggu ada aksi itu.
"Di Jawa jarang, perbandingannya 1 banding 4 lah dengan Sumatera," ungkapnya.