Otomotifnet.com – Siapa yang tak kenal nama besar Asep Hendro, pemilik brand ternama Asep Hendro Racing Sport (AHRS).
Beramacam-macam produk otomotif dengan nama ini, khususnya sepeda motor, mudah ditemui di pasar domestik.
Bahkan tersebar pula di beberapa negara seperti Malaysia, Philiphina, Thailand dan sebagainya.
Tak hanya itu, ia kemudian juga membangun tim balap sendiri di beberapa cabang balap motor, mulai dari road race hingga motocross.
Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF: Koh Apeng CMS, Tetap Eksis Dengan Label Baru
Tapi tahu kah Anda, dalam membangun brand AHRS ini, banyak cerita suka duka yang dialami pria bernama lengkap Asep Yusuf Hendra Permana ini.
“Saya mulai merintis bisnis ini dimulai dari jualan knalpot racing dari toko ke toko pakai motor mas. Itu kalau tidak salah di tahun 1995. Kalau ingat dulu suka dukanya banyak deh, gak jarang ditolak sama toko,” tutur Juragan, sapaan akrab H. Asep Hendro saat dihubungi OTOMOTIF.
Namun ia tak patah arang, meski usahanya tersebut hingga 1996 belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Bahkan bisa dibilang saat itu lebih besar pasak dari pada tiang, alias lebih besar pengeluaran dibanding pemasukan.
Terpaksa meski tanpa modal alias dimulai dari nol, pria asli Garut kelahiran Bandung pada 12 Juni 1969 ini tetap berusaha putar otak untuk mengembangkan bisnisnya.
Caranya, setiap dapat hadiah uang juara balap road race antar kampung, dikumpulkannya sedikit demi sedikit.
Kemudian ia coba peruntungan baru dengan merambah ke dunia fashion balap, yakni dengan menawarkan jaket, kaos, sarung tangan hingga pernak-pernik balap lainnya.
Kebetulan di daerah asalnya, yakni Garut, terkenal akan kerajinan kulit.
Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF : Atak, Spesialis ECU yang Raup Cuan dari Banjir, Biaya Terjangkau
Dan ternyata langkahnya tersebut mulai mempelihatkan hasil pada pertengahan 1997, usahanya yang ia labeli AHRS (Asep Hendro Racing Sport) itu maju pesat.
Sehingga kemudian ia memutuskan untuk mengembangkan lagi bisnisnya dengan membuat racing suit asli buatan lokal.
Hal tersebut karena menimbang saat itu para pembalap Tanah Air masih menggunakan balap brand luar negeri yang harganya terbilang cukup mahal.
Sementara wearpack bikinan pria yang memulai karirnya sebagai pembalap grastrack pada 1988 ini ditawarkan jauh lebih murah.
Bayangkan saja, bila saat itu (1998 hingga 2000-an) harga baju balap luar macam Dainese dan Kushitani dibanderol sekitara Rp 8 jutaan ke atas, bikinan AHRS cuma dibanderol Rp 2,1 juta.
Tapi meski lebih murah dari baju balap luar, butuh waktu 4 tahun agar baju balap berlabel AHRS milik Juragan diterima di kalangan pembalap motor nasional.
Keraguan pembalap dengan kualitas produk lokal, jadi pengalaman pahit yang berharga bagi Juragan kala itu.
Namun berkat usahanya yang tak kenal menyerah, serta kegigihannya untuk terus mengembangkan baju balap rancangannya, terutama dari segi desain dan safety, akhirnya berangsur-angsur produk andalannya itu bisa diterima oleh pelaku balap Tanah Air.
Baca Juga: Ketika Juragan, Eh, Asep Hendro Kembali Berlaga Di Lintasan Balap
Apalagi pembalap atau tim balap bisa memesan desain sesuai selera yang diinginkan, dan itu disanggupi oleh pria yang pernah jadi juara nasional di kelas underbone era 1995 ini.
Karena hasil bikinannya terbilang rapi dan terus mengalami perkembangan dari segi safety-nya, kemudian beberapa tim balap dari luar seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina, bahkan Australia, turut minta dibuatkan baju balap oleh AHRS.
Dari situ lah kemudian ia memutuskan mulai memasarkannya dengan skala lebih banyak ke beberapa negara tetangga tadi.
Bahkan kemudian ia mengembangkan usahanya dengan mendirikan AHRS Building yang beralamat di Jl. Tole Iskandar No. 162, Depok, dengan disi berbagai produk roda dua.
“Semua keberhasilan itu juga berkat dukungan dari teman-teman dari Tabloid OTOMOTIF. Saya sangat berterimakasih pada teman-teman dari OTOMOTIF,” ujar Juragan.
KARIR BALAP
Asep Hendro memulai karir balap motornya antara tahun 1988 hingga 1989.
Setahun berselang, ia kemudian bergabung dengan tim balap Suzuki, "Jadi pelan-pelan jalan dari 0, tahun 1990 saya gabung sama Suzuki," tutur Juragan.
Di sana bakat Asep makin terasah, podium demi podium dapat diraihnya.
"Saya juga sempat juara nasional waktu itu road race di kelas underbone, antara tahun 1993 - 1995," terangnya.
Bertahun-tahun berkarir di Suzuki, akhirnya Asep pindah ke Honda selama 2 tahun.
"Dari dunia balap ini Saya mulai merintis usaha, karena saya juga hobi. Mulai bikin baju-baju balap sama knalpot waktu itu, jadi pada tahun 1997 saya mulai itu semua," ungkapnya.
Sejak tahun itu, fokus Asep terbagi dua antara balap dengan bisnis AHRS.
Makanya di tahun 2000, ia membuat sebuah tim balap. Salah satu anak didik Asep yang berhasil adalah M. Fadli.
"Prestasi terbesar saya waktu di Suzuki, bisa juara Asia dari tahun 2003 sampai 2007 selama lima tahun berturut-turut," jelas Asep.