Adapun total anggaran yang digelontorkan untuk subsidi energi saat ini sudah mencapai Rp 520 triliun di tahun ini.
Hal ini bertujuan agar di tengah melonjaknya harga komoditas, daya beli masyarakat dapat terjaga.
Menkeu menyebut, ada beberapa indikator untuk mengukur kapasitas anggaran subsidi energi dalam menjaga kestabilan harga. Namun, ia tidak menyinggung mengenai potensi kenaikan harga BBM.
Namun dari ketiga indikator tersebut, Sri Mulyani menyatakan, volume konsumsi BBM yang saat ini sudah sangat tinggi, bahkan sudah melebihi asumsi pemerintah saat menambah anggaran subsidi energi.
"Tapi memang volume sangat melebihi kalau dibiarkan, jadi ini nanti pasti akan menimbulkan suatu persoalan mengenai berapa jumlah subsidi yang harus disediakan dari tambahan," bebernya.
Anggota DPR Komisi VII, Lamhot Sinaga mengungkapkan, pemerintah sebaiknya segera melakukan penyesuaian harga BBM subsidi dengan pendekatan yang moderat.
Pendekatan moderat yang dimaksud adalah kolaborasi pemerintah dan masyarakat untuk menyelamatkan keuangan negara.
“Saya mengusulkan besar subsidi BBM per liter ditanggung pemerintah sebesar 75 persen, sisanya bisa dengan penyesuaian harga BBM subsidi,” katanya, , dalam keterangan tertulis yang diterima (13/8).
Lamhot berujar, pemerintah menyubsidi Solar sebesar Rp 7.800/liter dan menjadikan harga Solar sebesar Rp 5.150/liter.
Dengan penyesuaian besar subsidi, harga Solar sangat memungkinkan menjadi Rp 7.100/liter.
Kemudian, subsidi Pertalite dari pemerintah sebesar Rp 4.500/liter dari harga yang diterima konsumen Rp 7.650/liter.
Maka penyesuaian harga Pertalite bisa menjadi Rp 8.875/liter.
Baca Juga: Jangan Senang Dulu, Dapat QR Code Belum Tentu Kebagian BBM Subsidi
Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2022/08/14/siap-siap-sinyal-harga-bbm-akan-naik-mulai-muncul?page=2