Otomotifnet.com - Pemerintah berencana mencampur bioetanol atau bahan bakar nabati dengan Pertamax atau Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kadar RON 92.
Melalui kebijakan ini, diharap adanya alternatif BBM yang ramah lingkungan.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, saat ini pihaknya bersama dengan regulator dan juga penyedia bioetanol, yang dalam hal ini adalah BUMN yang bergerak di sektor perkebunan, PTPN tengah intens membahas hal itu.
“Masih kami diskusikan dengan regulator dan penyedia bioetanol,” kata Irto (22/2/2023).
Irto bilang, saat ini belum ada update terkait dengan hasil pembicaraan tersebut, termasuk adanya potensi penyesuaian harga Pertamax.
Ia juga memastikan kajian yang dilakukan bersama, bisa segera memberikan alternatif ketersediaan energi bagi masyarakat.
“Belum ada (bocoran), dan sedang kami kaji bersama. Harapannya, ini bisa menjadi alternatif energi,” sambungnya.
Irto juga belum memastikan kerja sama dengan investor dalam penerapan teknologi untuk mendukung ketersediaan bioetanol, yang berasal dari tebu itu.
Tapi, ia menegaskan, program blending Bioetanol dan Pertamax adalah kerjasama antara Pertamina dan PTPN.
“Nanti saya cek (kerja sama terkait teknologi pengembangan bioetanol). (Selebihnya) ini kerja sama antara Pertamina dan PTPN,” ujarnya.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai pencampuran, 5 persen bioetanol ke BBM Pertamax pada dasarnya menyumbang hanya sedikit pada pengurangan emisi CO2.
Di sisi lain, Fahmy menilai blending bioetanol dengan Pertamax, hanya akan membuat harga BBM mengalami kenaikan.
Misalkan, jika blending dilakukan pada Pertalite, dari harga Rp 10.000 per liter menjadi Rp 12.000 per liter.
“Dengan blending itu harganya kan jadi lebih mahal, karena untuk Pertalite yang harga Rp 10.000, dengan blending itu menjadi Rp 12.000. Dengan begitu, nanti subsidinya jadi naik, begitu juga dengan Pertamax,” lanjutnya.
Baca Juga: Warna Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo Beda-beda, Ini Tujuannya