Lanjut Musfihin, di Hungaria operator jalan tol berada di bawah kontrol penuh Pemerintah termasuk pembayarannya.
Sementara di Indonesia dipegang BUJT (sebagian swasta).
"Karena itu tidak bisa serta-merta MLFF ini diterapkan tanpa mempertimbangkan kondisi BUJT di Indonesia. Itu yang saya kira perbedaan mendasar yang terjadi antara Hungaria dan Indonesia," katanya.
Selain itu, alasan tertundanya uji coba MLFF berkaitan dengan transfer teknologi yang belum dilakukan oleh pihak dari Hungaria.
RITS menginginkan proyek MLFF diserahkan ke Pemerintah Indonesia secara utuh, sebagai teknologi yang dimiliki.
Oleh itu seluruh prosesnya termasuk transfer teknologi harus diserahkan.
"Sampai hari ini kami belum bisa mendapatkan repository dan source code dari pengembang (Hungaria). Kedua hal tersebut penting karena bagaimana pemerintah Indonesia nantinya bisa mengontrol dan tim kami dari Indonesia mengontrol dalam development dari sistem ini," terangnya.
Dia pun mengaku telah melaporkan hal ini ke Pemerintah Indonesia sekaligus meminta untuk melakukan review terhadap program MLFF.
"Supaya ke depannya bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan harapan pemerintah dan harapan operator jalan tol di Indonesia serta tentunya harapan masyarakat Indonesia," pungkasnya.
Untuk diketahui, PT RITS merupakan perusahaan yang dibentuk oleh Roatex Ltd Zrt asal Hungaria selaku pemenang lelang proyek MLFF.