Padahal dulu, kata Sefa, warga MBD khususnya di Pulau Moa menggunakan kuda sebagai moda transportasi.
Keluarganya sendiri memiliki 5 ekor kuda. Kuda-kuda itu dibiarkan bebas di alam.
Oleh ayahnya, mereka dijadikan alat angkut jagung atau hasil kebun lain pengganti motor.
Namun setelah tiba di kampus ada rasa lega yang dirasa Sefa. Kelangkaan bensin di kotanya malah membuat Sefa makin dikenal dan jadi dosen inspiratif.
"Beta sampai di kampus itu ada rasa senang juga. Beta bilang buat mahasiswa seng (tidak) ada alasan buat bolos. Jangan jadikan kelangkaan ini alasan buat seng kuliah. Beta yang jauh saja berjuang datang, semua buat masa depan mahasiswa dan kampus," jelasnya bangga.
Jika kondisi kelangkaan masih berlanjut, Sefa mengaku akan tetap menggunakan kuda ke kampus.
Namun dia bakal meminta izin untuk rehat lantaran kelelahan. Kuda-kuda yang dia tunggangi harus diberi jeda istirahat yang cukup. Begitupun dengannya.
Apalagi kebanyakan kudanya hidup liar. Untuk menggunakan kuda betina pada hari Selasa lalu, Sefa melatihnya selama tiga hari.
"Beta tangkap kuda dulu lalu latih dia. Cuma karena badannya kecil makanya capek di hari pertama," tuturnya.
Saat ditemui, kuda miliknya sedang diistirahatkan di bagian belakang gedung kampus yang rindang.
Di situ ada banyak rumput hijau dan air untuk pelepas dahaga.
Beberapa dosen juga ada yang berswafoto dengan kuda miliknya yang jadi pusat perhatian itu.
Selepas mengajar, Sefa dan rekan dosen lain mengantre bensin di salah satu SPBU di Kota Tiakur.
Baca Juga: Kaget Dengernya, Harga BBM Pertalite di Kota Ini Tembus Rp 50 Ribu Per Liter