Ini Alasan Kenapa Suzuki Belum Juga Rakit Jimny Gen 4 Di Indonesia

Andhika Arthawijaya - Rabu, 6 Maret 2024 | 23:10 WIB

Suzuki Jimny 5-Door saat dijajal awak media di medan off-road (5/3/2024) (Andhika Arthawijaya - )

Bimo/ Dok. Otomotif
Suzuki Jimny JB43 alias Jimny Wide

Padahal setiap muncul model baru Jimny, selalu timbul antrian inden panjang, bahkan hingga tahunan.

Nah, atas fenomena tersebut, tentu muncul pertanyaan kenapa Suzuki Indonesia kembali merakit Jimny di sini?

“Tidak cuma di Indonesia, di beberapa negara lain termasuk Jepang sendiri indennya (Jimny 3-Door) masih panjang sampai saat ini,” beber Ei Mochizuki, General Manager Strategic Planning Department PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).

Padahal seperti kita ketahui bahwa untuk Jimny 3-Door dibuat di Jepang. Walahh..

Baca Juga: Suzuki Raih SPK 1.200 Unit Lebih Selama IIMS 2024, Jimny 5-Door Sumbang Segini

Harryt / Otomotifnet.com
Jika dihitung berdasarkan suplai Jimny 5 Pintu per bulan yang hanya 100 unit. Maka untuk memenuhi angka inden 1.300 unit, butuh waktu 13 bulan

Memang secara logika untuk bisa memenuhi pesanan konsumen secara cepat, selain menambah kapasitas produksi, juga bisa ditempuh dengan cara membangun pabrik, minimal pabrik perakitan di negara yang demand-nya tinggi.

Mungkin itu yang kemudian membuat Suzuki Motor Corp (SMC) Jepang memutuskan untuk basis produksi Jimny varian 5-pintu ditempatkan di India, agar bisa menjangkau negara-negara seperti di Eropa, Timur Tengah, dan Asia.

Lantas masih ada peluangkah dibangunnya pabrik perakitan Jimny di Indonesia? Mengingat beberapa komponen Jimny seperti mesin K15B sudah dibuat di Indonesia.

“Sebenarnya kebijakan membangun pabrik perakitan untuk Jimny di suatu negara, semua tergantung keputusan dari SMC Japan,” bilang Mochizuki beberapa waktu lalu di Bogor, Jawa Barat (5/3/2024).

Andhika Arthawijaya/Otomotifnet
Mesin K15B 1.462 cc, 4 silinder segaris, DOHC 16 katup. Punya daya maksimum 102 PS (100,6 hp) di 6.000 rpm, dan torsi puncak 130 Nm di 4.000 rpm .

Artinya bila Suzuki Jepang memandang perlu, bisa saja hal itu dilakukan.

Menurut Joshi Prasetya, Dept. Head Strategic Planning PT SIS, kalau untuk bisa memproduksi sebuah model secara lokal, tak hanya Jimny, ada minimum quantity yang harus dipenuhi.

Sebab, lanjutnya, principal pasti akan menghitung secara ekonomi. Bila quantity permintaannya kurang, secara biaya pasti jadi mahal dan akan berpengaruh ke harga jual.

“Nah, kondisi saat ini masih belum masuk. Tapi kami selalu pantau animo masyarakat seberapa jauh," tukasnya.

Dengan kata lain, bila demandnya di Indonesia terus bertambah dan dapat memenuhi quantity yang dipersyaratkan, bukan hal mustahil Indonesia bisa memproduksi Jimny secara lokal, minimal dalam bentuk CKD (Completely Knock Down).

Wahh.. semoga bisa ya, karena pastinya akan mempengaruhi harga jual, yakni bisa lebih murah, hehehe..