Dalam menjalankan aksinya, para tersangka mencampurkan Pertalite dengan zat pewarna hingga menyerupai Pertamax.
BBM Pertamax palsu itu kemudian dijual dengan harga Pertamax.
“Komposisinya 10.000 liter Pertalite dibanding 10.000 liter Pertamax per pemesanan dan kemudian diberikan zat pewarna sehingga warnanya mirip dengan pertamax, lalu dijual menggunakan harga Pertamax,” terang Nunung.
Harga Pertalite adalah Rp10.000, sedangkan harga Pertamax Rp12.950.
Dengan demikian, mereka mendapatkan keuntungan senilai Rp2.950 per liter.
Masing-masing tersangka memulai aksinya pada waktu yang berbeda-beda. Tersangka RHS beraksi sejak Juni 2022 di wilayah Tangerang, sedangkan DN sejak Januari 2023 di Kebon Jeruk.
“Diperkirakan dari kecurangan atau penyimpangan ini, dia sudah mendapatkan keuntungan lebih dari Rp2 miliar,” tukas Nunung.
Baca Juga: Gak Menyangka, Pertalite Campur Air di SPBU Bekasi Hasil Sabotase 3 Orang Dalam Ini