“Sangat bisa, karena karet ban tidak pejal atau pepat. Ia mempunyai porous atau lubang-lubang kecil. Namun untuk teknologi baru, sekarang porous ban lebih kecil lagi pakai ukuran nano, biasa disebut nano technology. Namun tetap ada pourus-nya,” jelas Zulpata.
Nah untuk mengurangi kebocoran ‘halus’ tadi, lanjutnya, bisa isi tekanan ban pakai nitrogen.
“Karena nitrogen murni lebih besar molekulnya, sehingga agak susah untuk keluar melalui celah-celah pourus ban tadi,” terang Zulpata lagi.
Dan seperti beberapa pabrikan mobil juga menyadari akan hal itu. Makanya pada mobil-mobil keluaran terkini, mulai dilengkapi dengan fitur pemantau tekanan ban.
Namanya Tire Pressure Monitoring System atau disingkat TPMS.
Lewat fitur ini, pengguna mobil dapat memantau kondisi tekanan bannya setiap saat, baik sebelum mobil digunakan maupun ketika mobil melaju di jalanan.
Jadi bisa ketahuan deh tuh bila ada tekanan ban yang kurang secara tidak wajar akibat tertusuk benda tajam.
Nah, untuk mobil-mobil yang belum dilengkapi fitur TPMS, tidak pelu berkecil hati. Karena cukup banyak dijual TPMS aftermarket di market place, bengkel atau toko ban.
“Teknologi TPMS ini sangat membantu kita untuk memonitoring tekanan ban. Apabila bawaan mobil tidak tersedia, kita bisa pasang sendiri kok, kan sekarang banyak dijual di pasaran,” tukas Zulpata.