Sementara itu, Pertamina NRE dan SGN telah sepakat untuk bekerja sama dalam pembangunan pabrik bioetanol di Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Pabrik ini akan memanfaatkan molase, yaitu produk sampingan dari pengolahan tebu di pabrik gula Glenmore, sebagai bahan baku utama.
Pabrik tersebut dirancang untuk memiliki kapasitas produksi sebesar 30.000 kiloliter per tahun, yang setara dengan 100 kiloliter per hari (KLPD).
Proyek ini disebut merupakan bagian dari strategi pengembangan bisnis bioetanol dalam jangka pendek.
“Kami menyambut baik rencana kerja sama dari Pertamina NRE, hal ini sejalan dengan komitmen SGN untuk terus mendukung upaya pemerintah,”
“Dalam mengembangkan produksi bioetanol sebagaimana tertuang dalam Perpres 40/2023," tutur Mahmudi, Direktur Utama SGN.
Baca Juga: Kenalan Dengan Pertamax Green 92, Bakal Calon Pengganti Pertalite
Program ini diharapkan juga berkontribusi pada pengembangan daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong produktivitas di sektor pertanian.
Sebagai tambahan, saat ini Pertamax Green 95, yang merupakan campuran bioetanol 5%, sudah tersedia di 75 SPBU di wilayah Jakarta dan Surabaya.
Penggunaan bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal sebagai E5, secara bertahap direncanakan akan meningkat menjadi 10% pada tahun 2029.
Adapun Pertamax Green 92 yang dikabarkan jadi calon pengganti Pertalite masih dalam proses kajian lebih lanjut.
Sesuai namanya, Pertamax Green 92 merupakan bensin campuran nabati yang punya RON (Research Octane Number) alias kadar oktan 92.
Melalui campuran etanol, Pertamax Green diklaim dapat membantu mengurangi emisi kendaraan bermotor, dan mampu mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 31 persen pada 2050.
Kedua soal akselerasi, diklaim lebih baik Pertamax Green dibanding Pertalite. Lantaran punya oktan lebih tinggi, yakni RON 92 atau 95.
Baca Juga: Penundaan Mendadak, Pembatasan BBM Subsidi Pakai QR Code Dibatalkan
Ketiga, mesin diklaim lebih bersih pakai Pertamax Green. Sebab dianggap tidak banyak menyisakan carbon deposite.
Seperti diketahui, teknologi mesin motor dan mobil makin mutakhir. Maka dibutuhkan angka oktan yang sesuai rasio kompresi.
Artinya, BBM yang dipasarkan di Indonesia mestinya sudah sesuai standar emisi gas buang Euro 4. Yakni minimal RON 91.