Pertamax Green 92 Siap Gantikan Pertalite, Pertamina Bangun Pabrik Bioetanol

Harryt MR - Minggu, 29 September 2024 | 12:00 WIB

(ilustrasi) Pertamina siap bangun pabrik bioetanol untuk bahan bakar Pertamax Green (Harryt MR - )

Otomotifnet.com - Kabar soal Pertamax Green 92 bakal gantikan Pertalite, ramai diberitakan. Hal ini makin diperkuat, melalui langkah Pertamina yang siap bangun pabrik Bioetanol.

Yakni lewat anak usaha Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bakal memperbanyak pabrik untuk memproduksi bahan bakar nabati tersebut.

Pertamina NRE menggandeng PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk membangun dan menyediakan bahan baku bioetanol (5/9/2024).

Bahkan tak hanya satu, Pertamina juga bekerja sama dengan holding Perkebunan Nusantara (PTPN III Persero) sedang menjajaki pembangunan pabrik etanol kedua di Jawa Timur.

Dijelaskan oleh CEO Pertamina NRE, John Anis, kolaborasi menjadi langkah strategis yang sangat penting dalam upaya mempercepat pengembangan bioetanol di Indonesia. 

John juga menegaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi bioetanol sebagai bahan bakar ramah lingkungan.

Tetapi juga sebagai bagian dari komitmen Pertamina dalam mendukung ketahanan energi nasional dan pengembangan energi terbarukan di masa depan.

Baca Juga: Pertamax Green 92 Siap Gantikan Pertalite, Apa Bedanya dengan Pertamax Biasa?

"Kami optimis bahwa kolaborasi antara Pertamina NRE dan SGN serta Pemprov NTT akan menghasilkan dampak yang positif dalam percepatan transisi energi nasional,”

“Pertamina NRE selama ini berfokus di penyediaan energi baru dan terbarukan, salah satunya melalui bioetanol," sebut John lewat keterangan resminya (6/9/2024).

Sementara itu, Pertamina NRE dan SGN telah sepakat untuk bekerja sama dalam pembangunan pabrik bioetanol di Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. 

Pabrik ini akan memanfaatkan molase, yaitu produk sampingan dari pengolahan tebu di pabrik gula Glenmore, sebagai bahan baku utama. 

Pertamina
Bahan bakar bioethanol yang terbuat dari sorgum saat acara Pengisian Perdana Bioethanol Sorgum Pertamina & Toyota yang diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang (24/7/2024).

Pabrik tersebut dirancang untuk memiliki kapasitas produksi sebesar 30.000 kiloliter per tahun, yang setara dengan 100 kiloliter per hari (KLPD). 

Proyek ini disebut merupakan bagian dari strategi pengembangan bisnis bioetanol dalam jangka pendek.

“Kami menyambut baik rencana kerja sama dari Pertamina NRE, hal ini sejalan dengan komitmen SGN untuk terus mendukung upaya pemerintah,”

“Dalam mengembangkan produksi bioetanol sebagaimana tertuang dalam Perpres 40/2023," tutur Mahmudi, Direktur Utama SGN. 

Baca Juga: Kenalan Dengan Pertamax Green 92, Bakal Calon Pengganti Pertalite

Program ini diharapkan juga berkontribusi pada pengembangan daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong produktivitas di sektor pertanian.

Sebagai tambahan, saat ini Pertamax Green 95, yang merupakan campuran bioetanol 5%, sudah tersedia di 75 SPBU di wilayah Jakarta dan Surabaya. 

Penggunaan bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal sebagai E5, secara bertahap direncanakan akan meningkat menjadi 10% pada tahun 2029.

Adapun Pertamax Green 92 yang dikabarkan jadi calon pengganti Pertalite masih dalam proses kajian lebih lanjut.

Sesuai namanya, Pertamax Green 92 merupakan bensin campuran nabati yang punya RON (Research Octane Number) alias kadar oktan 92.

Melalui campuran etanol, Pertamax Green diklaim dapat membantu mengurangi emisi kendaraan bermotor, dan mampu mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 31 persen pada 2050. 

Kedua soal akselerasi, diklaim lebih baik Pertamax Green dibanding Pertalite. Lantaran punya oktan lebih tinggi, yakni RON 92 atau 95. 

Baca Juga: Penundaan Mendadak, Pembatasan BBM Subsidi Pakai QR Code Dibatalkan

Ketiga, mesin diklaim lebih bersih pakai Pertamax Green. Sebab dianggap tidak banyak menyisakan carbon deposite. 

Seperti diketahui, teknologi mesin motor dan mobil makin mutakhir. Maka dibutuhkan angka oktan yang sesuai rasio kompresi. 

Artinya, BBM yang dipasarkan di Indonesia mestinya sudah sesuai standar emisi gas buang Euro 4. Yakni minimal RON 91.