OTOMOTIFNET - Kian santernya isu soal polusi udara dan pengiritan BBM, memicu merebaknya alat tambahan di motor. “Katanya sih, bisa mengatasi dua hal di atas,” kata Berry Hutama, warga Ciputat, Jaksel. Salah satunya, EFO (engine fuel air optimizer) (gbr.1).
Menurut pedagangnya, “Yang perlu diperhatikan, dua gas sisa pembakaran; CO2 (karbondioksida) dan HC (hidro karbon). Nah, alat ini sudah diuji selama 2 tahun di mobil dan 1 tahun di motor,” beber Tedy Laksana salah satu distributor EFO.
Cara kerjanya? Simpel! Alat ini hanya menghirup uap udara dingin dari air di tabung EFO dan diteruskan ke karbu. “Itu, agar penyampuran udara dan bensin lebih sempurna. Sehingga kerja mesin lebih maksimal,” sambung Tedy.
Masih menurutnya, kian dingin udara yang masuk makin sehat buat mesin dan jangan takut, airnya sudah diserap busa di dalam tabung. “Jadi gak akan tersedot ke karbu. Karena hanya hawa dinginnya saja yang diambil,” ucap pria supel ini.
Gbr 1 | Gbr 2 |
Gbr 3 | Gbr 4 |
Cara pasangnya, di tabung terdapat tiga buah lubang. Lubang pertama untuk pengisian air dan kedua untuk mengalirkan uap udara dari tabung ke karbu. Sedang lubang satunya, sebagai pembuangan volume air jika kadar airnya berlebihan saat pengisian (gbr.2).
“Sebagai tambahan, terdapat switch on/off pengatur kapasitas udara yang dihirup dalam tabung hingga batas maksimal,” sela Aditya Prabowo, penggagas komponen green technology ini. Yuk, kita praktikan.
Pertama, EFO butuh slang untuk aquarium 1 meter dan sebuah T (plastik yang biasa digunakan untuk mencabang slang aquarium) (gbr.3). Lalu, sambung ujung slang ke lubang di tabung EFO. Terus diby-pass melalui slang vakum udara yang menghubungkan ke boks filter udara dengan bantuan T.
Lalu lubangi sedikit slang vakum itu agar T-nya dapat masuk (gbr.4). “Oh iya, salah satu ujung T tadi mesti ditutup dengan cara dibakar dan dijepit, supaya tidak terjadi kebocoran,” pesan Aditya.
Hasil Pengetesan
Pakai Honda BeAT 2009 milik Berry dan alat penguji emisinya Brain Bee tipe AGS-688 milik bengkel Amiaw Motor Sport (AMS) di Kebon Jeruk, Jakbar. Hasilnya? CO2 turun 0,5 persen dari sebelumnya 5,5 persen dan HC-nya pun ‘menukik’ tajam dari standarnya 2.400 ppm jadi 131 ppm!
Bagaimana dengan BBM? Untuk 1 liter bensin dalam kondisi standar dapat menempuh jarak 43 km. Sedang pakai EFO yang dijajakan Rp 150 ribu ini, terjadi peningkatan jarak tempuh jelajahnya menjadi 50 km/liter.
Kesimpulan
Dari data pengetesan, mekanisme kerja EFO mampu memaksimalkan proses pembakaran di ruang bakar, sehingga mampu meningkatkan keiritan BBM dan mengurangi polusi udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup. Selain menurunnya CO2 0,5 persen, HC pun turun dengan selisih sebesar 2.269 ppm dan konsumsi BBM lebih irit 7 km/liter.
Penulis/Foto: Pidav / Pidav
Editor | : | Editor |
KOMENTAR