Jakarta - Seberapa sehat kondisi mesin Anda? Nah di sini kita bahas beberapa indikator, yang bisa menunjukkan apakah mesin kendaraan sehat atau butuh “pengobatan”. Apa saja? Yuk kupas tuntas. • (otomotifnet.com)
Busi
Kondisi elektroda busi bisa menunjukkan kondisi pembakaran, apakah terlalu kaya atau miskin. “Yang pas warnanya coklat kekuningan,” terang Ivans Gerry, Service Advisor Suzuki Kebon Jeruk, Jakbar.
Masih menurut Ivans, jika elektroda terlihat hitam, artinya pasokan bensin terlalu kaya. Sebaliknya kalau terlalu putih pucat, berarti miskin atau jumlah bensin yang masuk kurang. Yang pas jika perbandingan udara dan bensin sesuai angka stoikiometri yakni14,7:1. Angka 14,7 berarti molekul udara dibakar bersama satu molekul bensin. Jika angka itu bisa didapat, maka performa optimal dan konsumsi bahan bakar irit.
Jika sudah tahu pembakaran tidak pas, maka mesin mesti dilakukan penyetelan biar konsumsi bahan bakar jadi irit. “Mobil lawas biasanya bisa disetel. Beda dengan mobil injeksi saat ini, jarang yang melenceng,” pungkas Ivans.
Tes Emisi
Cara lain yang mudah untuk mengetahui kondisi mesin bisa lewat uji emisi. Setidaknya ada 3 parameter utama yang dilihat, yaitu lambda, CO (karbon monoksida) dan HC (hidrokarbon).
“Pembakaran yang pas jika lambda 1, kalau CO dan HC mesti di bawah batas yang ditetapkan pemerintah,” terang M. Suryo Utomo, Service Manager Honda Permata Hijau, Jaksel.
Pria yang akrab disapa Suryo ini melanjutkan, jika lambda di atas 1, artinya pembakaran terlalu kering, lantaran jumlah bensin yang disuplai kurang. “Sedang di bawah 1 berarti terlalu basah,” lanjut Suryo, sambil bilang di tempatnya sedang ada program uji emisi gratis.
Nah untuk HC menurut standar dari pemerintah, untuk mobil di bawah 2007 sebesar 700 ppm, sedang 2007 ke atas, maksimal 200 ppm. Sedang kadar CO standarnya untuk mobil di bawah 2007 sebesar 3%, untuk 2007 ke atas 1,5%.
Makin besar angka HC dan CO, menunjukkan molekul bensin dan udara yang tak terbakar dan lolos ke udara bebas makin banyak. Salah satu penyebabnya pengapian lemah.
Kompresi Lemah
Penyebab lain konsumsi BBM boros diakibatkan kompresi ruang bakar bocor. “Efeknya tenaga loyo, makanya bahan bakar boros,” ujar Agung Anom, Service Manager Suzuki Kebon Jeruk, Jakbar.
“Kalau kompresi bocor, salah satu indikatornya saat uji emisi, CO jadi tinggi dan lambda di bawah 1, karena banyak bahan bakar terbuang percuma,” imbuh Suryo.
Tapi cara paling jitu tentu saja menggunakan compression tester. Sebagai contoh pada Honda Mobilio, standarnya ada di angka 980 kPa.
Kompresi bocor ternyata banyak penyebabnya. Di antaranya penyetelan celah klep kurang tepat, posisi timing camshaft meleset, lobe camshaft aus, valve dan seat valve rusak, paking kepala silinder rusak, ring piston, serta piston dan silinder aus.
Kebersihan Sensor
Salah satu cara membuat konsumsi BBM tetap seperti standar pabrikan, adalah dengan menjaga kondisi sensor-sensor mesin. Seperti MAF (Mass Airflow Sensor), MAP (Manifold Absolute Pressure) dan O2 sensor.
Semua sensor harus dijaga kebersihannya. Sebab sensor akan memberi input data ke ECU dengan satuan Volt dalam rentang 0,1 sampai 5 Volt. Dalam rentang yang kecil itu, jika data tidak akurat maka dapat berimbas pada kinerja mesin.
Bisa pembakaran jadi lean atau bahkan rich. Keduanya tidak menguntungkan, dan punya dampak negatif. “Apalagi jika lampu MIL (Malfunction Indicator Light) menyala, ECU membaca terjadi masalah pada salah satu atau beberapa sensor. Maka akan langsung memerintahkan kendaraan bekerja dengan sistem safe mode,” terang Indra Wijaya, tuner Sigma Speed di bilangan Pancoran, Jakpus.
Pada mode ini, ECU memerintahkan suplai bahan bakar ekstra supaya kendaraan aman dikendarai. Jadi jika melihat MIL menyala jangan disepelekan, walaupun kendaraan bekerja dalam keadaan normal.
Paling mudah untuk do it yourself tentunya MAP dan MAF. Karena biasanya kedua sensor itu mudah dijangkau. Cukup gunakan contact cleaner atau pembersih khusus MAF sensor. Namun jangan sekali-sekali memasang jika masih basah. Bisa terjadi konslet dan merusak ECU. Habis dibersihkan, diamkan hingga 15 menit sampai benar-benar kering.
Intinya, jika sensor bersih, data yang dikirimkan ke ECU menjadi akurat. Bukan dengan membersihkan sensor itu akan lebih irit dari keadaan baru keluar dari pabrik. Namun seirit kendaraan brand new. Ini hanya salah satu faktor memaksimalkan efisiensi bahan bakar.
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR