|
Jakarta - Untuk sistem peredam kejut standar Honda CS1, memang tidak ada masalah berarti soal kemampuan ayunannya selama ban masih pakai ukuran yang setara bawaan pabrik.
Tapi memang ada beberapa pemilik motor bergenre crossover andalan pabrikan berlambang sayap mengepak tersebut yang merasa kinerja suspensi, terutama bagian belakang (monosok), terlalu empuk.
“Terutama ketika membawa beban tambahan (boncengan). Bagian buritan jadi kelihatan rendah banget,” aku Sofyan, salah satu pembesut CS1 keluaran 2008 asal Cibubur, Jaktim yang memilik bobot tubuh 75 kg.
Sialnya, monosok standar CS1 tidak memiliki penyetelan tingkat kekerasan. Sehigga kalau ada beban tambahan yang lumayan berat, jadi amblas deh, buritannya.
Tak cuma itu. Di beberapa milis, ada pula pemilik CS1 yang curhat ketika coba mengaplikasi ban gede, ban belakang jadi ‘ngegasrut’ (bergesekan) dengan sepatbor. Sehingga ia berencana mengganti monosoknya pakai produk lain.
“Saya mau ganti monosok Honda CS1 saya. Soalnya yang standar terlalu empuk dan kurang tinggi. jadinya setelah ganti ban yang gede, bannya kegasrut ke sepatbor belakang,” tutur Andi (sebut saja begitu).
Nah, untuk mengakomodir keluhan-keluhan pemilik CS1 tersebut, motorplus.otomotifnet.com coba melakukan survei ke beberapa sentra onderdil dan variasi di Jakarta. Hasilnya, cuma nemu satu buah produk yang kebanyakan didagangkan oleh toko-toko part di sentra onderdil tersebut untuk CS1.
Monosok yang dimaksud adalah merek YSS (gbr.1). Itu pun hanya 1 tipe yang dipasarkan oleh PT Mitra2000, selaku distributor tunggal sokbreker YSS di Tanah Air.
“Pilihannya cuma ada tipe MD302-255P-04-85. Tapi itu sudah cukup kok. Karena tingkat kekerasan pernya lebih kuat meski dipakai berboncengan. Sudah banyak kok yang pakai,” bilang Benny Rahmawan dari bagian R&D PT Mitra2000 yang bermarkas di kawasan Lodan Center, Ancol, Jakut.
Untuk panjang sokbreker yang dibanderol Rp 750 ribu itu sendiri, kata Benny tetap sama dengan standar bawaan pabrik. Hanya saja diameter batang pernya didesain lebih gede dari aslinya CS1. Sehingga sudah pasti lebih keras.
“Biasanya kalau ingin buritan terlihat lebih tinggi, mereka pakai peninggi sok,” tambahnya. Cuma, cara ini tidak di-recomended. Karena konstruksi monosok CS1 tidak menggunakan link. Melainkan sistem langsung. Kalau pakai peninggi sok, berisiko membuat as sok gampang patah saat motor melintas jalan berlubang.
“Kalau mau buritan lebih nungging, pakai saja monosok CBR 150. Lebih panjang sekitar 1,7 cm. Buritan jadi lebih tinggi 4 - 5 cm dari standarnya. Cocok buat yang ingin mengaplikasi ban lebar,” tukas Andri ‘Aming’ Aliwarga, bos Laksa Motor di kawasan Pedurenan, Kuningan, Jaksel yang mengaku sudah pernah menerapkannya di CS1. (motor.otomotifnet.com)
Tapi memang ada beberapa pemilik motor bergenre crossover andalan pabrikan berlambang sayap mengepak tersebut yang merasa kinerja suspensi, terutama bagian belakang (monosok), terlalu empuk.
“Terutama ketika membawa beban tambahan (boncengan). Bagian buritan jadi kelihatan rendah banget,” aku Sofyan, salah satu pembesut CS1 keluaran 2008 asal Cibubur, Jaktim yang memilik bobot tubuh 75 kg.
Sialnya, monosok standar CS1 tidak memiliki penyetelan tingkat kekerasan. Sehigga kalau ada beban tambahan yang lumayan berat, jadi amblas deh, buritannya.
Tak cuma itu. Di beberapa milis, ada pula pemilik CS1 yang curhat ketika coba mengaplikasi ban gede, ban belakang jadi ‘ngegasrut’ (bergesekan) dengan sepatbor. Sehingga ia berencana mengganti monosoknya pakai produk lain.
“Saya mau ganti monosok Honda CS1 saya. Soalnya yang standar terlalu empuk dan kurang tinggi. jadinya setelah ganti ban yang gede, bannya kegasrut ke sepatbor belakang,” tutur Andi (sebut saja begitu).
Nah, untuk mengakomodir keluhan-keluhan pemilik CS1 tersebut, motorplus.otomotifnet.com coba melakukan survei ke beberapa sentra onderdil dan variasi di Jakarta. Hasilnya, cuma nemu satu buah produk yang kebanyakan didagangkan oleh toko-toko part di sentra onderdil tersebut untuk CS1.
“Pilihannya cuma ada tipe MD302-255P-04-85. Tapi itu sudah cukup kok. Karena tingkat kekerasan pernya lebih kuat meski dipakai berboncengan. Sudah banyak kok yang pakai,” bilang Benny Rahmawan dari bagian R&D PT Mitra2000 yang bermarkas di kawasan Lodan Center, Ancol, Jakut.
Untuk panjang sokbreker yang dibanderol Rp 750 ribu itu sendiri, kata Benny tetap sama dengan standar bawaan pabrik. Hanya saja diameter batang pernya didesain lebih gede dari aslinya CS1. Sehingga sudah pasti lebih keras.
“Biasanya kalau ingin buritan terlihat lebih tinggi, mereka pakai peninggi sok,” tambahnya. Cuma, cara ini tidak di-recomended. Karena konstruksi monosok CS1 tidak menggunakan link. Melainkan sistem langsung. Kalau pakai peninggi sok, berisiko membuat as sok gampang patah saat motor melintas jalan berlubang.
“Kalau mau buritan lebih nungging, pakai saja monosok CBR 150. Lebih panjang sekitar 1,7 cm. Buritan jadi lebih tinggi 4 - 5 cm dari standarnya. Cocok buat yang ingin mengaplikasi ban lebar,” tukas Andri ‘Aming’ Aliwarga, bos Laksa Motor di kawasan Pedurenan, Kuningan, Jaksel yang mengaku sudah pernah menerapkannya di CS1. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR