Lulut melanjutkan, ide tersebut bukan berarti mencontek karya orang lain, tapi menjadikan karya itu sebagai referensi untuk membuat karyanya sendiri.
“Terinspirasi boleh, tapi jangan menjiplak. Saya pun dalam berkarya terinspirasi dari custom builder dunia, tapi tidak pernah meng-copy karya dia. Spirit seperti ini yang kita tanamkan ke temen-temen modifikator. Jadi harus ada keberanian konseptual yang tulus untuk mengapresiasi karya,” jelasnya.
3. Hargai proses
Seperti yang disebutkan tadi, bahwa proses dari pembelajaran ini memang tidak mudah. Jadi, saran Lulut adalah nikmatilah proses tersebut dan jadikan ini pendukung untuk menemukan keberanian dalam membuat suatu karya.
4. Respect dan berikan apresiasi terhadap karya orang lain
Ini juga hal penting yang ditekankan oleh Lulut. Jadi, kontes bukanlah ajang untuk saling menghina konsep dan karya motor custom orang lain, tapi lebih kepada saling menghargai terhadap karya-karya yang sudah dibuat oleh para builders.
"Attitude seperti ini juga yang seharusnya ditanamkan oleh temen-temen," katanya.
5. Biarkan masyarakat yang menentukan
Ketika karya itu memang sudah waktunya untuk go public, pasti akan ada apresiasi dari orang lain. Lulut menjelaskan, respon itu baiknya datang bukan dari pihak sendiri, melainkan dari orang yang memang mengapresiasi karya itu, artinya dari masyarakat.
“Sekarang ini, dengan adanya majalah-majalah dunia yang meliput custom Indonesia, berarti kita sudah mendapatkan pengakuan. Jadi biarlah pengakuan itu datang dari orang di luar ini (custom tanah air),” tutup Lulut.(otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR