Raihan angka top speed 148 km/jam termasuk tinggi untuk motor sport 150 cc, karena berdasarkan test ride OTOMOTIFNET.COM, rivalnya masih di bawah 145 km/jam, bahkan ada yang hanya 138 km/jam. Oiya, angka itu sebenarnya masih bisa naik kendati perlahan, asalkan treknya lebih panjang.
Salah satu yang berperan dari raihan GSX-R150 ini tentu saja dari power to weight ratio, dengan tenaga 18,9 dk (14,1 kW) dan bobot basah GSX-R150 hanya 131 kg, atau paling ringan di kelasnya, kalau dihitung PWRnya hanya 0,144.
Selain top speed yang tergolong tinggi, yang menarik dari GSX-R150 ini putaran mesinnya yang bisa meraung sampai 13.000 rpm! Artinya takometer digitalnya bisa sampai mentok di ujung baru kena limit tanpa dikasih sisa!
Kendati begitu, yang mudah mentok sampai 13.000 rpm hanya gigi 1 sampai 4, untuk gigi 5 meraih 12.000 rpm dengan kecepatan 141 km/jam juga cukup lama. Apalagi gigi 6, merayap sangat perlahan, sepertinya rasio sangat berat atau overdrive. Dan ditambah pula peak power diraih di 10.500 rpm, jadi di atas itu performa sudah mulai menurun.
Riding Position
Lalu bagaimana dengan riding position? Salah satu surprise ketika pertama naik GSX-R150 adalah dimensinya yang ternyata ramping banget! Terutama area tangki dan joknya, sehingga saat duduk dan kaki menjepit tangki kesannya motornya kecil, yang berefek pada kemudahan ketika akan menyemplak. Buat pemilik postur 165 cm pun dijamin kaki masih menapak sempurna. Selain karena ramping, tinggi joknya juga hanya 785 mm, paling rendah di kelasnya.
Ketika duduk dan meraih setang yang model underyoke, posisi duduknya terbilang racy, karena badan dipaksa condong ke depan, sporti deh kesannya. Namun jangan takut bikin lekas pegal, karena enggak seekstrem moge sport. Yang pasti posisi duduk ini cocok untuk berkendara di sirkuit, karena dengan merunduk jadi aerodinamis dan bobot juga condong ke depan sehingga memudahkan saat bermanuver.
Tak hanya ramping, GSX-R150 ini ternyata juga sangat ringan, seperti disinggung di atas bobot basahnya hanya 131 kg, teringan di kelasnya. Efek positifnya bermanuver jadi sangat mudah, seperti ketika pindah haluan cepat dari kanan lanjut ke kiri di tikungan S kecil Sentul.
Meski ringan, di kecepatan tinggi ternyata tetap stabil enggak melayang, mungkin berkat desain fairing yang aerdodinamis. Saat berlindung di baliknya, hanya sedikit angin yang mengenai kepala maupun siku. Sssttt... Infonya saat proses R&D, sampai dites pakai wind tunnel untuk memastikan aerodinamikanya bagus.
Redaman suspensinya juga baik, terutama yang belakang yang konstruksinya pakai link, compression maupun rebound cukup lambat sehingga ban belakang jadi anteng, beda banget dengan milik Satria yang terlalu empuk.
Sedang depan rasanya masih terlalu empuk untuk di sirkuit, menyiasatinya tiap masuk dan keluar tikungan badan mesti menekan ke depan. (Otomotifnet.com)
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR