Bila tidak tertarik mencolokkan kabel setiap memparkirkan i8 ini ke dalam garasi, kami juga mencoba memanfaatkan mesin bensinnya untuk menjadi generator yang otomatis mengisi ulang baterainya.
Kemudian jika dimasukkan ke mode Sport, baterai akan terisi ke 75 persen dari 5 persen setelah berjalan sekitar 20 km, sedangkan di mode Comfort mesin hanya akan mengisi baterai sebentar sebelum kembali lagi ke mode elektrik.
PERFORMA
Tak seperti dugaan anda, tidak ada mesin V8 atau V10 di belakang jok BMW i8 ini.
Justru ada di balik kapnya di depan, bersembunyi mesin berbasis sama dengan MINI Cooper anyar yang memiliki 3-silinder segaris dan kapasitas 1.499 cc saja. Meski begitu, tenaganya didongkrak sangat tinggi hingga 228 dk dari twin-scroll turbocharger-nya.
Tetap pada mayoritas hari, yang akan sering anda rasakan adalah motor listrik di belakang kepala anda yang menggerakkan kedua roda belakang. Bila pilih mode Comfort atau Eco Pro, selalu motor listrik yang diprioritaskan, kecuali saat mesin bensin dibutuhkan misalnya ketika baterai tak lagi cukup atau injak pedal gas lebih dalam.
Respon motor terasa cekatan ketika pedal gas diinjak, pun saat mesin bensin masuk tak terasa jeda dan turbo lag yang dirasa cukup minim, sangat cocok untuk harian.
Uniknya, justru ketika tuas transmisi digeser ke kiri untuk masuk ke mode Sport.
Langsung, mesin aktif dan suaranya dibuat lebih terdengar di dalam kabin berkat bantuan speaker Active Sound Design. Tidak natural, memang, namun kami jadi penggemar berat suara ‘palsu’ knalpot ini karena membuat khas pincangnya 3-silinder menjadi jauh lebih merdu.
Begitu pedal gas diinjak, kepala terhempas ke headrest berkat torsi instan dari motor listrik yang disebut eBoost, digabungkan dengan respon mesin bensin yang menjadi jauh lebih ganas pada Sport Mode ini.
Sama sekali tidak terasa jeda ‘kosong’ di sini, tenaga seakan terus datang tiada habisnya sampai menyentuh limit kecepatan 255 km/jam.
Editor | : | Fransiscus Rosano |
Sumber | : | OTOMOTIF |
KOMENTAR