Jakarta - BMW Group Indonesia memang bisa dibilang telat membawa i8 yang sudah mulai diproduksi secara global dari tahun 2014.
Namun hingga sekarang pun, i8 sama sekali tidak terlihat seperti mobil yang sudah berusia dua tahun. Bahkan, lebih seperti baru akan muncul lima tahun lagi.
Sebelumnya, Otomotifnet sudah membahas detail mengenai setiap teknologi yang perlu diketahui pada sports car yang disebut BMW ‘progressive’ ini, juga review first impression kami ketika dipamerkan di GIIAS 2016 silam.
(BACA JUGA: BMW i8 First Impression Review)
Pada artikel test drive review ini, kami akan lebih fokus bagaimana rasanya hidup sehari-hari dengan i8.
Singkat kata, Rp 3,499 miliar yang anda keluarkan tidak akan terasa sia-sia. Simak review-nya di bawah.
Data Spesifikasi BMW i8 Indonesia | |
Mesin | BMW TwinPower Turbo B38K15T0 3-silinder segaris dengan Valvetronic, High Precision Injection dan twin-scroll turbocharger |
Kapasitas Mesin | 1.499 cc |
Rasio Kompresi | 10 : 1 |
Tenaga Maksimum | 228 dk @ 5.800 rpm |
Torsi Maksimum | 320 Nm @ 3.700 rpm |
Transmisi | Otomatis 6-percepatan dengan Electric Switching Actuator dan Electric Transmission Oil Pump |
Motor Listrik | BMW eDrive Electric Motor AC Synchronous Permanent Magnet |
Tenaga Motor | 129 dk |
Torsi Motor | 250 Nm |
Layout Mesin | Mesin Depan Untuk Penggerak Roda Depan dan Motor Belakang Untuk Penggerak Roda Belakang (Intelligent All-Wheel Drive) |
Transmisi Motor | 1-Percepatan 2-Tahap |
Dimensi (p x l x t) | 4.689 mm x 1.942 mm x 1.298 mm |
Wheelbase | 2.800 mm |
Radius Putar | 6,15 m |
Ground Clearance | 117 mm |
Sistem Kemudi | Electrically Assisted Power Steering dengan Servotronic |
Suspensi Depan | Double Wishbone |
Suspensi Belakang | 5-Link |
Damper | Dynamic Damper Control |
Rem Depan/Belakang | Cakram Ventilasi Cross Drilled / Cakram Ventilasi Cross Drilled dengan ABS, EBD, BA, DSC dan DSC Sport |
Ban | Bridgestone Potenza 245/40R20 |
Berat | 1.485 kg |
Kapasitas Tangki | 42 liter |
Harga | Rp 3,499 miliar off the road |
DESAIN
Arsitektur LifeDrive sports car ini sungguh membanggakan soal bagaimana pabrikan Jerman ini peduli mengenai sustainability.
Selain setiap lekukan aerodinamis yang membuat koefisien drag-nya hanya 0,26, sulit untuk menemukan metal konvensional di sekujur bodi.
Thermoplastic Polymer membuat menutup pintu butterfly-nya terasa ringan, CFRP (Carbon Fibre Reinforced Plastic) sebagai kerangka utama yang sebagiannya terlihat telanjang di sasis pintu memang bukan selera semua orang, namun jelas jadi alasan utama mengapa bobot mobil ini masih di bawah 1,5 ton.
Sisa rangkanya? Aluminium.
Sulitnya masuk dan keluar mobil rasanya seperti mendaki masuk ke mobil balap dengan roll cage, jadi bagian paling tidak kami suka namun sangat rewarding begitu sudah di dalam.
Sementara desain layering di dalam memberi kesan strange, yet familiar karena memberi kesan futuristik bagi bentuk interior BMW yang selama ini kita kenal.
eDRIVE
Bukan hanya desain yang berteriak masa depan, begitu pula teknologi yang ditawarkan. Tombol kecil di bawah Start/Stop Engine Button bertuliskan ‘eDrive’ akan mentransformasi versi produksi dari EfficientDynamics Concept ini menjadi mobil listrik.
Otomotifnet mencoba mode ini.
Tanpa menggunakan bensin sama sekali, kami berhasil menempuh jarak sejauh 26 km dengan baterai 7,1 kWh dan motor listrik 129 dk yang bisa berjalan solo hingga 120 km/jam.
Kecepatan rata-rata 24 km/jam dan konsumsi rata-rata baterai 16,1 kWh/100 km tertera pada display. Teknisnya, masih tersedia 4,5 persen sisa kapasitas baterai hingga muncul notifikasi Auto eDrive yang otomatis kembali menyalakan mesin bensin.
Karena wujudnya sebagai plug-in hybrid, tentu BMW juga menawarkan solusi charge, baik dari i Wallbox yang jadi komplimen di setiap pembelian i8 maupun via outlet listrik biasa dengan kapasitas minimal 1.300 VA.
Beragam dari mode yang anda pilih, waktu pengisian baterai berkisar dari 11 jam sampai 2 jam lebih.
Fakta menarik, dengan angka di atas maka hanya diperlukan sekitar Rp 170 perak untuk menempuh per kilometernya dengan mode eDrive ini jika terus-terusan di-charge via listrik. Hemat, kan?
Bila tidak tertarik mencolokkan kabel setiap memparkirkan i8 ini ke dalam garasi, kami juga mencoba memanfaatkan mesin bensinnya untuk menjadi generator yang otomatis mengisi ulang baterainya.
Kemudian jika dimasukkan ke mode Sport, baterai akan terisi ke 75 persen dari 5 persen setelah berjalan sekitar 20 km, sedangkan di mode Comfort mesin hanya akan mengisi baterai sebentar sebelum kembali lagi ke mode elektrik.
PERFORMA
Tak seperti dugaan anda, tidak ada mesin V8 atau V10 di belakang jok BMW i8 ini.
Justru ada di balik kapnya di depan, bersembunyi mesin berbasis sama dengan MINI Cooper anyar yang memiliki 3-silinder segaris dan kapasitas 1.499 cc saja. Meski begitu, tenaganya didongkrak sangat tinggi hingga 228 dk dari twin-scroll turbocharger-nya.
Tetap pada mayoritas hari, yang akan sering anda rasakan adalah motor listrik di belakang kepala anda yang menggerakkan kedua roda belakang. Bila pilih mode Comfort atau Eco Pro, selalu motor listrik yang diprioritaskan, kecuali saat mesin bensin dibutuhkan misalnya ketika baterai tak lagi cukup atau injak pedal gas lebih dalam.
Respon motor terasa cekatan ketika pedal gas diinjak, pun saat mesin bensin masuk tak terasa jeda dan turbo lag yang dirasa cukup minim, sangat cocok untuk harian.
Uniknya, justru ketika tuas transmisi digeser ke kiri untuk masuk ke mode Sport.
Langsung, mesin aktif dan suaranya dibuat lebih terdengar di dalam kabin berkat bantuan speaker Active Sound Design. Tidak natural, memang, namun kami jadi penggemar berat suara ‘palsu’ knalpot ini karena membuat khas pincangnya 3-silinder menjadi jauh lebih merdu.
Begitu pedal gas diinjak, kepala terhempas ke headrest berkat torsi instan dari motor listrik yang disebut eBoost, digabungkan dengan respon mesin bensin yang menjadi jauh lebih ganas pada Sport Mode ini.
Sama sekali tidak terasa jeda ‘kosong’ di sini, tenaga seakan terus datang tiada habisnya sampai menyentuh limit kecepatan 255 km/jam.
Bahkan berkat bantuan Launch Control, i8 ini berakselerasi lebih cepat dibanding M2 Coupé yang sebelumnya juga kami uji.
Sangat menakjubkan bukan hanya untuk kapasitas mesin dan jumlah silinder setengahnya, namun bahkan di antara kebanyakan sports car lain yang tak lagi terasa instan karena meninggalkan konfigurasi mesin N/A!
Data Tes Akselerasi (Menggunakan RaceLogic dan Launch Control) | |
0-60 km/jam | 2,2 detik |
0-100 km/jam | 4,3 detik |
40-80 km/jam | 1,8 detik |
0-201 m | 8,5 detik |
0-402 m | 12,6 detik |
KONSUMSI
Sejauh lebih dari 300 km, baterai kami charge dengan outlet sekali saja, sisanya selalu diisi ulang dengan mesin bensin ketika habis. Ditambah melewati kemacetan dan diperas performanya, tetap saja konsumsinya mentok di 11,6 km/liter.
Tentu angka ini akan jauh, jauh lebih baik lagi bila baterai tidak pernah di-charge via generator mesin. Juga untuk tidak menggeser stik transmisi ke mode Sport bila tidak dibutuhkan.
Sports car super-irit? Yup.
Data Tes Konsumsi | |
Dalam Kota | 11,5 km/liter |
Konstan 60 km/jam (Sport Mode + Charging) | 14,6 km/liter @ 2.000 rpm 4th |
Konstan 60 km/jam (Sport Mode) | 20,1 km/l @ 2.000 rpm 4th |
Konstan 60 km/jam (eDrive) | 7,63 km/kWh |
Konstan 100 km/jam (Sport Mode) | 16,3 km/liter @ 2.000 rpm 6th |
Konstan 100 km/jam (eDrive) | 4,9 km/kWh |
FITUR
Selain comfort access yang cukup mengantukan Display Key anda ketika masuk ke dalam mobil, layar 10,1 inci high definition dengan controller iDrive + touchpad jadi standar.
Masih ada juga kamera di keempat sisi (sangat langka di BMW Indonesia), Intelligent Safety yang jadi pertama kalinya juga untuk BMW Indonesia, hingga sound system premium Harman Kardon.
Meski untuk Rp 3,5 miliar, masih banyak yang perlu disematkan seperti misalnya pengaturan setir elektrik, jok dengan memori atau auto brake hold.
Namun perlu diingat, i8 adalah model Bavarian paling eksklusif yang anda bisa dapatkan di BMW Indonesia saat ini. Sehingga bila ada yang anda mau, tentunya bisa meng-custom i8 sesuai keinginan.
Baik itu laser headlights, Adaptive Cruise Control atau apapun, cukup sebutkan asalkan sesuai dengan ketebalan rekening anda.
KENYAMANAN & HANDLING
Selain cukup sulit masuk ke dalam, cukup kerasnya bantingan suspensi perlu diperhatikan.
Di mode Comfort dan Eco Pro, feel harsh-nya seperti di dalam M2 Coupé yang memiliki wheelbase lebih pendek, sementara masuk ke mode Sport memberi bantingan ala MINI JCW dalam mode Sport yang akan mengocok perut anda kecuali sedang berada di sirkuit.
Centre of gravity kurang dari 460 mm dari permukaan tanah membuatnya yang terendah dari setiap model BMW lainnya, sekaligus menjelaskan mengapa hampir tak ada body roll ketika menikung sekencang apapun.
Hanya saja, feel setir lebih ramah untuk pengemudian dalam kota karena rasa EPAS dengan Servotronic-nya tidak terlalu natural bila dibandingkan performance model lainnya.
Tetap saja, terasa sangat akurat ketika menikung cepat. Oh iya, ban Bridgestone Potenza yang dikembangkan khusus i8 ini juga masih terasa membawa road noise ke dalam.
Sedikit pengorbanan untuk pandangan iri setiap pejalan kaki maupun pengemudi mobil lain yang selalu menunjuk-nunjuk dan terkagum pada unit yang kami kendarai selama tiga hari ini? Tak masalah!
Lagipula dibandingkan sports car dengan transmisi dual clutch yang terasa aneh di kemacetan dan suara mesin V8 atau V10 yang seakan tak pernah bisa diam akan jauh membuat lebih depresi.
i8? Anda sedang melihat masa depan dari sports car.
Editor | : | Fransiscus Rosano |
Sumber | : | OTOMOTIF |
KOMENTAR