Otomotifnet.com - Kali ini OTOMOTIF mengetes BMW R nine T Scrambler milik BMW Motorrad Indonesia.
Ini merupakan salah satu pilihan varian dari R nine T yang hadir di Indonesia.
Dengan banderol Rp 619 juta off the road, apa saja yang dihadirkan oleh motor ini?
Yuk simak ulasan berikut.
Desain
Varian Scrambler tampilan R nine T hadir lebih gahar.
Ini berkat penggunaan ban dual purpose yang memiliki tapak layaknya varian GS.
Sehingga bisa dipakai untuk melewati jalan semi off-road.
Ditunjang dengan penggunaan diameter pelek depan yang lebih besar, yaitu 19 inci membuatnya terlihat gagah.
(BACA JUGA: Ngebut 300 Km/Jam Pun Percuma, Tetap Ketangkep CCTV Tilang!)
Meski begitu, BMW tetap memberi kesan klasik dengan menggunakan suspensi depan teleskopik yang pada bagian as berdiameter 43 mm dibalut karet pelindung khas motor garuh tanah.
Knalpot yang digunakan pada varian Scrambler memiliki konfigurasi 2-1-2, di mana keluarnya gas buang berakhir pada 2 silencer yang letaknya tinggi khas aliran Scrambler.
Komponen lain yang membuat aura klasiknya terasa adalah joknya yang dibalut kulit premium berwarna cokelat dengan sedikit sentuhan motif jahitan bergaris.
Fitur dan Teknologi
Mulai dari area setangnya yang sangat simpel namun tetap fungsional.
Seperti spidometer mungilnya yang mengombinasikan analog untuk menunjukkan kecepatan dan layar digital mungil yang berisi beragam informasi.
Isinya ada jadwal servis, odometer, trip 1, trip 2, trip average, engine temperature, jam dan setup.
Pada menu setup pemilik dapat mengatur jam, tanggal, juga tingkat kecerahan layar.
(BACA JUGA: Memotong Kalimantan Lewat Jalur Dayak, Tiga Biker Temukan Banyak Hal Tak terduga)
Ada juga beberapa lampu indikator seperti neutral, traction control, ABS, Malfunction Indicator Lamp (MIL), high beam, sign lamp dan hazard.
Saklar kirinya berisi tombol untuk mengganti informasi di spidometer, tombol untuk mematikan traction control dan hazard.
Sedangkan sisi kanan seperti motor pada umumnya, ada tombol engine cut off dan starter yang menyatu. Sayangnya tidak ada fitur grip heater pada Scrambler ini.
Di sisi pengereman motor ini dilengkapi dual disc brake menggunakan floating disc berdiameter 320 mm yang diapit dua kaliper Brembo, yang masing-masing memiliki 4 piston.
Pengendara juga bisa menyesuaikan jarak handle rem dari 5 setelan yang tersedia.
Sebagai faktor keamanan seluruh pengeremannya sudah dilengkapi dengan Anti-lock Braking System (ABS).
(BACA JUGA: BMW 320i E90 Korban Batal Janjian, Akhirnya Jadi Begini)
Ada juga traction control, BMW menyebutnya Automatic Stability Control (ASC), tugasnya untuk mencegah roda belakang selip.
Jika putaran roda belakang terdeteksi tidak seirama dengan roda depan, maka sistem akan memutus aliran tenaga ke roda belakang, jadi brebet gitu.
ASC ini bisa dimatikan dari tombol di saklar kiri meskipun motor dalam kondisi berjalan.
Riding Position & Handling
Untuk postur 170 cm duduk di atas jok Scrambler yang memiliki tinggi 820 mm masih bisa menapak.
Meskipun terasa pas-pasan karena kaki hampir lurus, untungnya bagian bawah jok tidak melebar sehingga kaki tidak perlu membuka.
Sayang karakter busanya lumayan keras nih.
Yang jadi masalah bagi pengendara 170 cm atau kurang, jarak antara jok dan setang terasa jauh.
Sehingga tangan harus lurus saat menggapai setang. Jika jalan lurus tidak masalah, tapi ketika berbelok pundak harus ikut berbelok.
(BACA JUGA: Lucu Juga Kalo Ada Panigale Mesin Kecil)
Untungnya posisi berkendara menggunakan Scrambler ini bisa dikatakan santai dibanding versi R nine T lainnya.
Selain karena menggunakan setang pipa, juga efek penggunaan pelek depan 19 inci yang lebih besar dibanding belakangnya yang hanya 17 inci.
Ini membuat setang lebih terasa tinggi, sehingga badan tidak perlu merunduk ketika berkendara.
Tipe Scrambler ini tangkinya steel bukan alumunium dan kapasitasnya 17 liter, lebih sedikit 1 liter dibanding varian Roadster.
Tidak ada masalah pada tangkinya karena bentuknya mengecil di bagian kaki menjepit.
Yang justru terasa lebar adalah bagian ujung jok depan yang melebar dan mengganjal paha.
Memiliki wheelbase 1.522 mm dan sudut setang terbatas, membuat pengendara perlu sedikit ancang-ancang ketika ingin berbelok tajam menggunakan motor ini.
Jangan lupa perhatikan juga mesin boxer-nya ketika ingin menyelinap di kemacetan, karena posisinya hampir sejajar dengan ujung setang.
Belum lagi bobot mencapai 220 kg, membuat pengendara harus memainkan badan ketika ingin berbelok.
Meski beraliran Scrambler dan roda depannya tinggi, ternyata travel sok depannya tidak panjang.
(BACA JUGA: Mewah Juragan, Pajero Sport Gendong Ninja ZX-10R, Mainan Kelas Berat Nih)
Hanya 125 mm sehingga untuk menghajar jalan rusak dan bergelombang terasa keras, juga sesekali bottoming.
Sedang belakang tidak ada masalah, malah cenderung empuk untuk bobot pengendara 57 kg. Dan bahkan bisa disetel atau adjustable.
Tapi ada catatan ketika dikendarai.
Yaitu adanya suara mengganggu dari kedua bannya karena menggunakan tipe dual purpose dengan model alur kasar.
Suara bising ini mulai terasa sejak 60 km/jam dan semakin berisik hingga 80 km/jam, lewat dari itu suara kembali hilang. Kayak mobil jip jalan di tol deh!
Performa
Konfigurasi mesinnya 2 silinder boxer dengan kapasitas 1.170 cc berkat bore 101 mm dan stroke 73 mm.
Khas mesin ini ketika distarter akan mendorong ke kanan dan kiri, terasa juga saat idle dan ketika tekan kopling lalu geber gas saat motor melaju.
Masuk gigi 1 sangat halus tidak menghentak, bahkan terasa seperti gigi miss atau selip.
Klaimnya memiliki tenaga maksimum 110 dk di 7.750 rpm dan torsi 116 Nm di 6.000 rpm.
(BACA JUGA: Indonesia Bakal Kedatangan Moge 650 cc, Harga Diprediksi Bersahabat)
Meski klaimnya cukup besar, ternyata penyaluran tenaga pada bukaan gas awalnya terasa smooth tidak langsung menghentak.
Ditambah dengan knalpot Akrapovic yang sangat merdu nyaman di telinga.
Karenanya, motor ini nyaman untuk dipakai berkendara santai dan badan tidak mudah lelah karena mudah dikendalikan.
Jika butuh tenaga lebih, cukup buka gas lebih dalam maka motor akan lansung meluncurrrr…
Motor yang sudah mengusung emisi standar Euro 4 ini memiliki catatan waktu 4,5 detik saja untuk mencapai kecepatan 0-100 km/jam.
Sedangkan jarak 0-402 meter ditempuh dalam waktu 12,7 detik di kecepatan 176,1 km/jam wuusshhh…
Bahkan saat pengetesan roda belakang hilang traksi saat tenaga puncak di gigi 1 dan 2 nih.
Karena menggunakan ban dual purpose, untungnya langsung dikendalikan oleh ASC. Data lengkapnya langsung tengok di tabel deh.
Sayangnya mesin yang memiliki perbandingan kompresi 12:1 ini hanya dibekali oil cooler untuk pendinginannya.
(BACA JUGA: Kocak, Pengendara Motor Berhalusinasi Bisa Terbang, Nasibnya Berakhir Tragis)
Akibatnya temperatur mesin bermain cukup tinggi, jika jalan dengan kondisi normal siang hari lengkap dengan lampu merah dan macet.
Suhunya ada di rentang 128° C hingga puncaknya 143° C!
Ketika jalan lancar pun suhu mesin sangat sulit untuk turun, salah satu caranya dengan menggunakan gigi 6 tapi kecepatan 80 km/jam, sehingga rpm mesin rendah.
Ketika dipakai ke area Puncak, Bogor yang memiliki suhu lebih dingin pun temperatur masih berada di angka 109° C.
Untungnya panas ini hanya terasa di sekitar engkel kaki, tidak naik ke area paha.
Konsumsi Bahan Bakar
Karena tidak ada fitur average fuel consumption di spidometernya, jadi pengetesan konsumsi bensin ini harus menggunakan metode full to full.
Setelah berkendara kurang lebih 300 km didapat konsumsi bensinnya 16,7 km/liter, menggunakan bensin RON 95 dengan kondisi jalanan yang beragam.
Masih terbilang irit nih efek dari torsinya yang besar membuat gaya berkendara tak perlu sering buka gas dalam-dalam.
Data Tes:
0-60 km/j: 2,3 detik
0-80 km/j: 3,2 detik
0-100 km/j: 4,5 detik
0-100 m: 5,5 detik (@118,8 km/j)
0-201 m: 8,2 detik (@152,3 km/j)
0-402 m: 12,7 detik (@176,1 km/j)
Konsumsi bensin: 16,7 km/liter
Data Spesifikasi:
Tipe mesin: Air/oil-cooled flat twin (‘Boxer’) 4-stroke engine, two camshafts and four radially aligned valves per cylinder, central balancer shaft
Bore x stroke: 101 mm x 73 mm
Kapasitas: 1.170 cc
Tenaga maksimal: 110 dk (81 kW)/7.550 rpm
Torsi maksimal: 116 Nm/6.000 rpm
Rasio kompresi: 12:1
Pasokan bensin: Electronic fuel injection
Kontrol emisi: Closed-loop 3-way catalytic converter, emission standard EU-4
Alternator: Three-phase alternator 720 W
Aki: 12 V/14 Ah, maintenance-free
Kopling: Single dry plate clutch, hydraulically operated
Girboks: Constant mesh 6-speed gearbox with helical cut gear
Penyaluran tenaga: Shaft drive 2.91:1
Sasis: Three-section frame consisting of one front and three rear sections, load-bearing engine-gearbox unit, removeable pillion frame for single ride use
Suspensi depan: Telescopic forks, 43 mm diameter
Suspension belakang: Cast aluminum single-sided swing arm with BMW Paralever; central spring strut, spring pre-load fully adjustable by hook wrench, rebound damping adjustable
Suspension travel front/rear: 125 mm/140 mm
Wheelbase: 1.527 mm
Caster: 110,6 mm
Steering head angle: 61,5°
Pelek depan: 3.00 x 17
Pelek belakang: 4.50 x 17
Ban depan: 120/70R17
Ban belakang: 170/60R17
Rem depan: Dual floating disc brake, 4-piston calipers, diameter 320 mm
Rem belakang: Single disc brake, diameter 265 mm, dual-piston floating caliper
ABS: BMW Motorrad ABS
P x L x T: 2.175 x 870 x 1.330 mm
Tinggi jok: 820 mm
Bobot basah: 220 kg
Bobot kering: 210 kg
Kapasitas tangki: 17 L (cadangan 3,5 L)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR