Ketika dalam posisi ingin putar balik dan setang berbelok penuh, ternyata pergelangan tangan bisa terjepit antara setang dan cover tangki.
Antisipasinya, saat berbelok jangan tekuk setang sampai mentok.
Bagaimana karakter kedua suspensi barunya?
Dengan upside down berdiameter as 37 mm dan monosok monocross dengan spring rate lebih keras, saat di sirkuit membuat handling jadi lebih stabil.
Handling juga lebih lincah dan motor lebih nurut diajak melahap tikungan.
Sementara saat di jalan raya yang kondisinya beragam ternyata memang terpaksa mengurangi kenyamanan, terutama upside down dibanding teleskopik versi lama, membuat bantingan depan lebih terasa di setang seperti ketika melewati speed trap.
Monosoknya pun lebih keras, bagian belakang amblasnya lebih kaku.
Namun untuk pengendara 57 kg masih tergolong nyaman.
Seperti yang sudah dibahas pada sesi first impression dan first ride, spidometernya sudah lebih kekinian full digital dengan layout mirip Yamaha YZF-R1.
Informasinya ada speed meter, tachometer, gear position indicator, jam, fuel meter, engine temperature, odometer, trip A dan B, real time dan average fuel consumption, juga shift light.
Ketika dipakai sehari-sehari spidometer segi enam ini dapat dilihat dengan jelas, meskipun dalam kondisi terik matahari.
Didukung juga karena angka spidometernya besar.
Saklar kanannya terlihat simpel dan compact karena satu tombolnya memiliki 3 fungsi.
Tekan ke atas untuk engine cut off, tengah posisi stand by, dan tekan ke bawah untuk starter.
Panel saklar kiri juga berubah susunannya. Paling beda tombol klakson yang menjauh, berada di sisi paling kanan sehingga jadi cukup susah digapai, terutama ketika dalam keadaan panik.
Saklarnya mirip seperti Yamaha MT-09 dan Xabre.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR