Otomotifnet.com - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menerapkan 'car free month' atau bulan bebas kendaraan di kawasan Bromo.
Terhitung mulai 23 Januari hingga 25 Februari 2020, yang artinya tak ada satupun kendaraan yang boleh berada di kawasan gunung Bromo.
Aturan ini untuk menghormati perayaan Wulan Kepitu (bulan ketujuh) yang merupakan bulan suci bagi Suku Tengger.
"Kembali kepada kesederhanaan sehingga terjadi keselarasan alami yang jauh dari hiruk pikuk asap kendaraan bermotor," ujar Kepala BB TNBTS, John Kennedie, (4/1/20).
(Baca Juga: Cool-Nya Enggak Luntur, Begini Gaya Ariel Naik Motor Ke Bromo)
Saat car free month, semua jenis kendaraan tidak boleh melintas di Lautan Pasir Tengger dan bukit Teletubbies.
Aturan itu berlaku di seluruh pintu masuk mulai dari Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Sukapura, Kabupaten Probolinggo; pintu masuk di Coban Trisula Jemplang, Kabupaten Malang; dan pintu masuk Dingklik Penanjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan.
John mengatakan selama Wulan Kepitu, aktivitas di kawasan Bromo tetap berlangsung namun hanya boleh menggunakan kuda, berjalan kaki atau sepeda.
"Namun berbeda apabila ada kegiatan pemerintah atau emergency," ujar dia.
Ia menambahkan kebijakan car free month diambil bersama dalam rapat koordinasi yang dilaksanakan pada 4 Mei 2019 silam di Probolinggo.
Dalam rapat itu, semua stakeholder terlibat termasuk Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur, paguyuban kuda hingga paguyuban jip.
"Semua sepakat, ini dalam rangka menghormati Wulan Kepitu bagi suku Tengger," tutupnya.
Sebagai informasi, Wulan Kepitu adalah bulan suci bagi Suku Tengger.
(Baca Juga: Rombongan Pemotor 'Bubar Jalan', Niat Tembus Car Free Day, Dihadang Skateboard)
Saat Wulan Kepitu, Suku Tengger biasanya melakukan puasa penuh atau "puasa mutih".
Tujuannya untuk menahan godaan dan nikmat duniawi serta lebih mendekatkan diri ke Tuhan.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Bulan Bebas Kendaraan di Gunung Bromo, Wisatawan Cuma Boleh Naik Kuda atau Jalan Kaki
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR