Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Biaya Perbaikan Transmisi CVT Bikin Kantong Jebol Bila Salah Perlakuan

Andhika Arthawijaya - Rabu, 27 Mei 2020 | 22:30 WIB
Mekanisme transmisi jenis CVT
Dok. OTOMOTIF
Mekanisme transmisi jenis CVT

Otomotifnet.com - Kelebihan transmisi jenis CVT (Continuously Variable Transmission), perpindahan gigi terasa lebih halus dan minim getaran dibanding transmisi otomatis konvensional (torque converter).

Itu lantaran transmisi CVT ini mengandalkan pulley dan sabuk (belt) dalam menstransfer tenaga mesin, sehingga tidak ada entakan.

Belt tersebut terbuat dari material baja high tensile steel, yang tersambung pada dua buah pulley.

“Di dalam transmisi CVT ada dua pulley, yaitu drive pulley yang menggerakkan dan driven pulley yang digerakkan,” jelas Hermas Efendi Prabowo, pemilik bengkel spesialis transmisi matik, Worner Matic di Bintaro, Tangerang Selatan. 

Baca Juga: Transmisi Mobil Cepat Jebol Jika Sering Panaskan Mesin di Tempat, Ini Pemicunya!

Pengoperasian perpindahan transmisi CVT diatur secara elektronik oleh komputer, yang kemudian menggerakkan kedua pulley.

Berbeda dengan transmisi otomatis konvensional yang menggunakan susunan gigi dan mengandalkan tekanan oli.

Meski pengoperasiannya sama dengan transmisi otomatis konvensional, namun CVT memerlukan perhatian lebih soal perlakukan pengoperasian dan perawatannya.

Karena salah perlakukan dan perawatan pada transmisi CVT, akan membuat biaya perbaikan transmisi CVT ’selangit’.

 

 

Sekadar informaasi, untuk jasa overhaul memang antara transmisi matik CVT dengan konvensional tak berbeda jauh, yakni berkisar antara Rp 3 hingga 5 juta.

Tergantung kondisi dan jenis kerusakan pada transmisinya.

Namun biaya tersebut belum termasuk pergantian komponen transmisinya loh.

Nah pada CVT, penggantian komponen tak seperti matik konvensional.

Baca Juga: Hyundai dan KIA Kembangkan Teknologi Baru, Ganti Gigi Diatur, Biar Konsumsi BBM Irit

”Transmisi CVT berbeda dengan matik konvensional, karena komponennya tak bisa diganti satuan,”

”Jadi, kalau sampai rusak harus ganti satu unit CVT utuh,” ujar Subhan Fajar, mekanik Jasmin Motor di Fatmawati, Jakarta Selatan.

Kerusakan pada belt dan pulley menjadi salah satu komponen yang kerap terjadi pada transmisi CVT.

Kerusakan tersebut umumnya dari cara perlakukan berkendara dan perawatan yang tidak baik.

Kerusakan belt atau pully kerap terjadi pada transmisi CVT
Dok / OTOMOTIF
Kerusakan belt atau pully kerap terjadi pada transmisi CVT

Contohnya seperti sering berakselerasi mendadak, berhenti lama dengan kondisi masih masuk persneling, telat melakukan penggantian oli transmisi dan sebagainya.  

Namun seperti disinggung sebelumnya, penggantian belt dan pulley tak bisa dilakukan sembarangan.

“Karena konstruksinya satu kesatuan utuh, penggatian komponen CVT tak bisa dilakukan terpisah,”

“Pada beberapa kasus kerusakan, terpaksa harus mengganti unit transmisinya utuh,” jelas Agung Saputro, Workshop Manager Honda Megatama, Kalimalang, Jakarta Timur.

Penggantian belt umumnya harus sekaligus dengan pulley-nya, tidak bisa hanya salah satu saja.
Dok. OTOMOTIF
Penggantian belt umumnya harus sekaligus dengan pulley-nya, tidak bisa hanya salah satu saja.

Sebagai gambaran, penggantian unit transmisi CVT bisa memakan biaya hingga puluhan juta rupiah.

“Kalau baru, bisa menyentuh angka Rp 20 hingga 30 juta,” ujar Fajar.

Malah pada mobil premium, nilainya bisa di atas Rp 50 jutaan. Weww..!

Sehingga tak heran jika banyak pemilik mobil yang beralih pada transmisi CVT copotan.

“Untuk Honda Jazz, Freed dan Nissan Grand Livina atau Livina, transmisi CVT copotannya berkisar antara Rp 6 hingga 15 juta, tergantung kondisi,” tambah Fajar.

Ia juga mengatakan bahwa usia pakai transmisi CVT berkisar 6 hingga 8 tahun, jika dirawat dengan baik.

Memang mahalnya perbaikan transmisi CVT, kerap jadi momok bagi pemilik mobil dengan transmisi tersebut.

Padahal banyak produsen mobil yang memilih menggunakan transmisi CVT, seperti Honda Jazz, Freed, CR-V, Nissan Livina dan X-Trail hingga Datsun Go.

Ilustrasi oli khusu transmisi CVT.
Dok. OTOMOTIF
Ilustrasi oli khusu transmisi CVT.
“Kerusakan parah pada transmisi CVT cukup jarang terjadi, mungkin hanya pada kasus tertentu, selebihnya aman-aman saja,”

“Tentunya jika dirawat dengan baik, transmisi CVT bisa awet dan bebas masalah,” ujar Yulian Karfili, Public Relation Manager PT Honda Prospect Motor.

Langkah terbaik bagi pemilik mobil dengan transmisi CVT adalah dengan memperhatikan perawatan berkala.

Perlu dicermati juga, bahwa pelumas transmisi CVT berbeda dengan pelumas transmisi otomatis konvensional.

CVT menggunakan CVT Fluid, sedangkan transmisi otomatis konvensional pakai Automatic transmission Fluid atau ATF.

Hal tersebut dikarenakan pelumas CVT memiliki spesifikasi dan aditif tertentu untuk mendukung kinerjanya.

Sehingga, tidak disarankan untuk menggunakan pelumas transmisi otomatis konvensional untuk CVT.

”Karena akan mengganggu kinerja komponen internal CVT. Jadi, jangan sampai salah beli,” tambah Hermas yang juga menyarankan penggantian pelumas CVT setiap 40 ribu sampai 50 ribu kilometer.

 

Editor : Andhika Arthawijaya
Sumber : Tabloid OTOMOTIF

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa