Otomotifnet.com - Kebijakan mengenai tatanan kehidupan baru (new normal) disebut bisa saja gagal.
Salah satu penyebabnya karena dampak ekonomi di bidang transportasi.
Ketua Presidium Indonesia Traffic Watch (ITW), Edison Siahaan mengatakan, karena untuk memenuhi social distancing, setiap kendaraan angkutan umum hanya boleh mengangkut penumpang sebanyak 50 persen dari jumlah penumpang yang semestinya.
Padahal menurut Edison, angkutan umum yang tersedia saat ini tidak akan mampu melayani masyarakat.
"Jika kondisi seperti itu dibiarkan, tentu penerapan new normal akan gagal sekaligus menggali kubur bagi para pelaku usaha di bidang transportasi angkutan umum," kata Ketua Presidium ITW Edison Siahaan saat dihubungi (1/6)
"Sebab dengan jumlah penumpang hanya separuh dari kapasitas angkutnya, tidak akan bisa memenuhi biaya operasional," lanjutnya.
Sama sulitnya, apabila penerapan protokol kesehatan yang merugikan para pelaku usaha angkutan umum, dibebankan kepada penumpang.
Seperti isu yang beredar di kalangan awak angkutan umum, satu orang penumpang akan dikenakan tarif untuk dua orang penumpang, sebagai kompensasi dari penerapan displin protokol kesehatan.
Baca Juga: Puncak Bogor Macet, Pelat B Dilarang Melintas, Mobil TNI Tak Segan Diusir
Sementara hingga saat ini belum ada pembahasan untuk mendapatkan solusi dan kesepakatan antara pemerintah dengan pelaku usaha dibidang transportasi angkutan umum.
ITW meminta apapun alasannya, pemerintah harus memastikan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran (Kamseltibcar) lalu lintas angkutan umum tetap terjaga saat penerapan new normal dilaksanakan.
"Agar seluruh masyarakat aman dan nyaman serta selamat saat melaksanakan aktifitasnya," tutupnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR