Mesin bensin akan menyala otomatis sesuai kebutuhan saat membantu mengisi daya ulang baterai, dan tidak terhubung dengan roda mobil.
"Sistem e-POWER bekerja dengan sangat senyap benar-benar layaknya mobil listrik," tambah Hiroko Wakita.
Kalau pada sistem hybrid konvensional, motor listrik dengan output rendah digabungkan dengan mesin bensin untuk menggerakkan roda saat kondisi baterai sedang lemah (atau saat bepergian dengan kecepatan tinggi).
Struktur sistem ini secara umum membutuhkan motor dan baterai yang lebih besar karena motor adalah satu-satunya sumber langsung untuk menggerakkan roda. Sedangkan di Note ini, Nissan berikan solusi pengelolaan energi.
Baca Juga: Nissan Ariya Semi Off Road, Pakai Pelek Nissan Terrano Dibalut Ban A/T
Hasilnya, e-POWER menggunakan baterai yang lebih kecil daripada Leaf, namun memberikan pengalaman berkendara yang sama seperti kendaraan listrik sepenuhnya.
e-POWER menghasilkan torsi yang sangat besar secara instan, yang kemudian meningkatkan kualitas respon dalam mengemudi dan menghasilkan akselerasi yang mulus.
Menariknya lagi, e-POWER mampu mempercepat, memperlambat, dan berhenti dengan cukup satu pedal.
Kendaraan akan mengalami percepatan saat pengemudi menekan pedal akselerasi dan kendaraan akan melambat saat pedal akselerasi dilepaskan pengemudi.
Saat lalu lintas padat, teknologi ini secara signifikan mengurangi kebutuhan dari pengemudi untuk beralih dari satu pedal (accelerator) ke pedal lainnya (brake), sehingga tidak cepat lelah.
Kenapa cocok diaplikasi di Indonesia, e-POWER tak membutuhkan fasilitas charging station atau infrastruktur yang mendukungnya.
Ibaratnya, e-POWER seperti teknologi yang menjembatani menuju kendaraan listrik utuh.
Rasanya teknologi ini akan diadopsi pada Nissan Kicks yang akan diluncurkan pekan depan.
Editor | : | Toncil |
KOMENTAR