Sementara itu suspensi depan yang upside down redamannya pas, masih nyaman tapi tidak mengayun dan minim bottoming.
Kedua bannya pun punya grip pun cukup baik, menikung sampai ujung standar tengah menggasak aspal di jalur Cikidang tetap ngegrip.
Beda cerita ketika riding daerah Cibadak atau di Jakarta yang jalannya padat, bawa TMAX DX sih harus sabar karena enggak bisa selap-selip layaknya skutik kecil karena ukurannya dan radius putar yang besar.
Performa
Mesin yang dipakai 530 cc 2 silinder segaris DOHC 8 katup berpendingin cairan dengan suara knalpot khas sayup-sayup merdu.
Punya bore x stroke 68 x 73 mm dengan transmisi CVT di sisi kanan dengan penyaluran ke roda pakai belt di kiri.
Hasilnya respon lebih halus dan ketika digas tidak mengayun-ngayun layaknya skutik biasa, yang CVT juga jadi lengan ayun menghubungkan roda.
Seperti disinggung di bagian fitur dan teknologi, TMAX DX punya D mode dengan pilihan T dan S.
Pada posisi T mode, respon yang diberikan terasa lambat dan lembut banget, jarum takometer untuk bisa ke 4.500 rpm seakan susah. Mode ini cocok buat rider pemula atau ketika berkendara di jalan basah.
Beda cerita jika pilih S (sport) mode, langsung jadi responsif banget!
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR