Otomotifnet.com - Mengemudi membutuhkan strategi dan ‘jurus’ dalam mengantisipasi kondisi-kondisi cuaca buruk.
“Namanya Anticipation Driving, dan ini mutlak harus dimiliki seorang pengemudi,” bilang Sony Susmana, Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI).
Cuaca buruk seperti hujan lebat, lanjut Sony, biasanya kerap dibarengi dengan angin kencang, sehingga banyak sekali genangan air di atas permukaan jalan.
“Genangan air terlihat enggak? Ya terlihat dong.. kurangi kecepatan enggak? Enggak...!!!” tukas Sony. Loh kok enggak kurangi kecepatan?
Baca Juga: Cegah Kecelakaan Saat Berkendara di Musim Hujan, Ini Persiapan Yang Mesti Dilakukan Pada Kendaraan
“Karena pada nggak paham dan perduli, apa sih bahaya terbesarnya? Aquaplaning! Jangan anggap remeh, ini butuh perhitungan yang matang, ketenangan, kontrol emosi dan skill agar kendaraan terkontrol,” jelasnya.
Masih menurut Sony, skill di sini bicara kemampuan mengantisipasi.
“Apakah ketika kita sudah di level tersebut, kita pasti mampu melakukannya dengan benar? Iyaa... pasti selamat? Enggak..!!”
“Pembalap saja yang sudah punya ‘Super License’, pernah gagal dalam mengantisipasi aquaplaning kok,” ujarnya lagi.
Nah, trus untuk apa kita bahas ini? “Untuk meminimalisir kecelakaan, supaya cara dan proses bereaksinya benar,” sambung Sony.
Untuk cara antisipasinya ada 3, ‘Bisa dilakukan sebelum terjebak maupun saat terjebak Aquaplaning,” tukasnya.
Kurangi Kecepatan
Ketika kita bicara Defensive Driving, kata Sony yang harus dilakukan adalah kurangi kecepatan.
“Ini langkah pertama untuk hasil akhir yang baik. Kuncinya, relax dan fokus, kemudian amati kondisi sekitarnya,” sarannya.
Baca Juga: Honda City Melaju 100 Km/Jam, Trabas Genangan Air di Tol Tegal, Kocar-kacir Terjun ke Parit 10 Meter
Setelah itu mulai berhitung, dimana ada genangan air, “Lihat lalu-lintasnya, kalau pandangannya kurang, bantu dengan menyalakan lampu utama. No Hazard!!!” tegas Sony.
Kemudian kurangi kecepatan, tapi bukan hanya menurunkan kecepatan di 10 - 20 km/jam, “Bisa lebih, situasional ya.. tergantung lebatnya hujan.”
“Sehingga ketika masuk genangan air, efek dari aquaplaning tidak mengganggu keseimbangan mobil,” tambahnya.
Selain itu, ketika posisi mobil ada di lajur kanan, mulai lah ‘geser’ atau pindah perlahan-lahan ke lajur kiri jalan.
“Jangan lupa nyalakan lampu sign (sein), untuk minta izin karena mengambil jalur pihak lain,” bilang Sony.
Terapkan Safety Driving
Ketika kendaraan bergerak di kondisi cuaca ekstreme, semua gejala keseimbangan mobil kan pasti terganggu, mulai dari pich, roll, bounch dan yaw.
Sony menyarankan untuk tetap tenang, kontrol kecepatan kendaraan dengan posisi sigap.
Yang seperti apa? ”Duduknya sempurna, pegang dan memutar setirnya tidak kaku, sehingga mampu bereaksi positif dalam mengantisipasi gejala-gejala yang berpotensi kendaraan menjadi slip,” jelasnya.
Selain itu, perhatikan di kecepatan berapa jantung pengemudi mulai berdebar-debar.
Baca Juga: Ini Trik Berkendara Aman Melewati Genangan Air di Kala Hujan Lebat!
“Di situlah kecepatan max-nya, dan yang ideal kurangi 10 km/jam. Karena masing masing orang berbeda, artinya secara mental, di kecepatan tersebut emosi masih bisa dikontrol,” sarannya.
Berikutnya pikirkan hal terburuk, ketika terjebak aquaplaning, apa yang bisa kita lakukan? Tahu cara yang benar nggak?
“Banyak yang bilang, ya sudah pasrah. Itu namanya bukan pengemudi! Buat yang pernah ngalamin dan selamat? Bukan jaminan akan berhasil lagi? Mungkin karena dulu hanya beruntung,” tukas Sony lagi.
Keluarkan Jurus Antisipasi
Ketika ada genangan air di permukaan jalan dan berpotensi mobil terkena aquaplaning, keluarkan jurus antisipasinya.
“Dengan asumsi kecepatan normal yaa.. Kurangi kecepatan sebelum masuk kegenangan air, angkat kaki dari pedal gas, tahan kemudi ke arah depan, dan pastikan sudut mobil lurus tidak miring,” anjur Sony.
Ketika arah mobil sudah mulai berubah, lanjutnya, itu bisa diakibatkan banyak hal.
“Dari pengaruh angin (cross wind), atau ban yang sudah mulai botak atau kembangan ban yang tidak sama atau kecepatan kendaraan yang masih terlalu tinggi. Bahkan bisa karena reaksi pengemudi yang salah, yaitu kaget!” serunya.
Baca Juga: Daihatsu Kasih 3 Tips Berkendara Aman dan Nyaman Ketika Hujan
Ketika dudut setir sedikit berubah, dan pengemudi ngerem, “ Ngerem ini bukan solusi benar saat aquaplaning. Maka akhir dari kebiasaan salah itu berujung petaka, slip..!! Di saat itu lah pengemudi dalam kondisi 90% accident,” tukas Sony.
Proses ini terjadi sangat cepat, dalam hitungan sepersekian detik.
“Maka dibutuhkan reaksi yang benar, perhatikan dan rasakan slipnya roda depan atau roda belakang?”
“Kalau slipnya roda depan (understeer) dan mobil mengarah ke kiri atau kanan, segera counter setir dengan smooth sehingga sudut roda ke arah tujuan,” sarannya.
Hal ini kata Sony juga untuk meminimalkan gejala oversteer, karena biasanya di barengi dengan gejala ini.
Gimana kalau slipnya roda belakang alias oversteer? “Segera putar setir sesuai dengan arah mobil tersebut slip, tidak discounter ya! Tujuannya apa? Supaya mobil berputar di porosnya,” jelasnya lagi.
Tapi ingat kata Sony, tingkat keberhasilannya kecil, karena putaran mobil 360 derajat bisa membuat pengemudi kehilangan arah.
“Pembalap kawakan sekalipun pernah gagal dalam mengantisipasi aquaplaning, ditambah lagi dengan faktor fisik yang tidak prima dan fokus akibat terganggu cuaca buruk.”
“Semua sudah drop tidak lagi 100% dan kalian tidak sendirian di jalan raya. Ada kendaraan lain loh..,” wantinya.
Dibutuhkan momentum yang tepat dalam bereaksi, dan ini susah!
Dan juga, Sony menyarankan agar jangan mendahului di antara kendaraan-kendaraan yang berdekatan, “Karena kendaraan-tendaraan tersebut menghasilkan turbulensi,” tutupnya.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR