Otomotifnet.com - Assalamualaikum Mas Andhika! Perkenalkan saya Yusuf.
Begini mas, saya punya Toyota Kijang LGX 1.8 1999, yang masih karburator.
Belakangan ini sejak Premium perlahan dihapus, Kijang saya sering saya isi Pertalite, mau tidak mau.
Tapi keanehan saya, kenapa setiap diisi Pertalite, malah semakin boros. Sementara kalau diisi Premium, malah irit?
Baca Juga: Konsultasi OTOMOTIF : Innova Diesel Aman Kah Konsumsi Bio Solar?
Ambil lah saya isi sama-sama 10 liter, nah kalau pakai Premium, 5 hari pun masih ada sisa cukup banyak. Tapi kalau diisi Pertalite, baru 3 hari sudah berkurang lumayan.
Jarak tempuh yang saya lalui setiap hari dari rumah ke kantor 11 km, pp (pergi-pulang, red) jadi 22 km.
Apa mesin Kijang saya tidak cocok diisi Pertalite yang secara kualitas di atasnya Premium, karena oktannya lebih tinggi? Atau apa perlu disetting lagi karbunya supaya cocok sama bensin Pertalite?
Oli mesin yang digunakan di Kijang saya, SAE 15W-50 karena ngejar tarikan enteng. Itu saja pertanyaan dari saya, terima kasih!
Muhammad Yusuf Lazuardi, via email
Wa’alaikum salam wr.wb! Salam kenal ya dari kami.
Oke, mengenai keluhan yang Anda alami di Toyota Kijang LGX 1.8, perlu diketahui dulu hampir setiap pabrikan konsen merancang mesin plus settingannya disesuaikan dengan bahan bakar yang paling sering dipakai konsumen di Indonesia, yaitu Premium.
Jadi, mulai dari settingan pengapian, kompresi dan sebagainya, disesuaikan dengan Premium.
Dan perlu Mas Yusuf ketahui juga, antara Premium dengan Pertalite, punya angka oktan yang berbeda, yaitu Premium nilainya 88, sementara Pertalite 90.
Baca Juga: Sering Mencampur BBM Beda Oktan & Cetane Number? Ini Yang Akan Terjadi!
Nah, angka oktan ini bila nilainya semakin tinggi, maka akan semakin susah terbakar. Lantas apa kaitannya dengan mesin?
Kaitannya adalah jika settingan mesin, terutama timing pengapian dan kompresi diatur pas buat bahan bakar tertentu (dalam hal ini Premium), maka ketika menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan lebih tinggi, pembakaran di ruang bakar jadi berubah.
Misal idealnya terbakar di 7º sebelum Titik Mati Atas (TMA) saat idle, maka ketika pakai bahan bakar yang lebih sulit terbakar (nilai oktan lebih tinggi), timing terbakarnya campuran bensin jadi lebih mundur, misal jadi 5º sebelum TMA.
Ini tentu berdampak terhadap performa (jadi menurun), yang kemudian imbasnya ke konsumsi bahan bakar.
Namun sebelum menuding bahan bakar yang jadi biang kerok borosnya konsumsi BBM, coba dulu lakukan tune up besar.
Meliputi pembersihan ruang bakar dari tumpukan deposit (boleh lewat metode gurah), setting ulang karburator, setel klep, ganti busi bila sudah lebih dari jarak tempuh 20 ribu kilometer dan sebagainya.
Jika masih saja boros saat menggunakan Pertalite, coba minta bantuan bengkel untuk setting ulang timing pengapiannya, disesuaikan dengan bahan bakar yang sering digunakan.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR