Otomotifnet.com - 43 Racing School asuhan M. Fadly Immamudin, dengan motor Moriwaki MD250H atau biasa disebut GP Mono, yang diselenggarakan di sirkuit Sentul kecil.
Menurut Fadly, sekolah balapnya sengaja pakai GP Mono bertujuan agar anak didiknya terbiasa dengan motor balap.
“Jadi memudahkan jika ingin ikut tes Asia Talent Cup dan balap lainnya yang pakai motor balap, biar enggak kaget, karena beda banget dengan motor biasa,” jelas Fadly.
Seberapa beda sih jika dibanding naik motor harian? Yuk simak hasil latihan seharian ini?
Baca Juga: Honda PCX 160 Dikasih Braket Top Box, Begini Cara Pasangnya, Mudah!
Sebelum duduk langsung dan pegang setangnya, dalam benak sempat terbesit, “Ah palingan mudah dan biasa saja seperti motor lain, apalagi ukurannya kecil dan bobotnya ringan.” Tapi ternyata semua itu salah!
Usai pakai wearpack dan coba duduk, ternyata alamak beda banget sama motor produksi massal! Posisi duduknya benar-benar motor balap!
“Setangnya jauh banget dari jok, karena posisinya underyoke dan sudut juga ke bawah, sehingga posisi badan dipaksa merunduk. Apalagi footstep tinggi, sehingga kaki nangkring,” kesan Antonius yang biasa dipanggil Aant.
Sudut belok setangnya juga sangat sedikit, makanya untuk memutar arah lebih cepat dengan diangkat.
Baca Juga: Honda PCX 160 Perlu Braket Top Box? Pakai Milik PCX 150, Ini Pilihannya
Dimensinya pun ramping banget. Panjangnya hanya 1.830 mm, lebar 560 mm dan tinggi 1.050 mm.
Bandingkan dengan All New Honda CBR150R yang dimensinya 1.983 x 694 x 1.038 mm, cukup jauh kan? Apalagi bobot hanya sekitar 70 kg saja! Lebih enteng dari Honda BeAT!
“Susah bagi rider yang berbobot di atas 75 kg, perut yang montok ini mentok tangki sehingga susah bernafas, hahahaa...,” kekeh Dimas Pradopo yang akhirnya hanya mampu melahap trek 2 lap.
Tak hanya posisi duduk, karakter handling di lintasan pun sangat berbeda dengan motor massal.
Baca Juga: PCX 160 Terlihat Standar, Padahal Sudah Double Disc Dan LED Projector
Sasis berikut lengan ayunnya yang berbahan aluminium sangat rigid, ditambah wheelbase cukup panjang (1.230 mm), makanya beloknya enggak bisa fleksibel.
“Tekniknya mesti out-in-out, enggak bisa langsung tekuk, harus ada ancang-ancangnya,” saran Fadly.
Benar saja, 2 sampai 3 lap pertama dipakai untuk mencari posisi duduk yang nyaman dan mempelajari karakter ketika menikung.
Jangankan coba ngebut, untuk mengajaknya belok saja susah! Jangan heran juga jika baru 6 lap langsung masuk pit, rasanya capai banget dan keringat langsung bercucuran!
Tak hanya beristirahat, di paddock Fadly sudah menanti untuk memberikan evaluasi.
Diinstruksikannya untuk mempraktekkan posisi duduk selama di trek, bagaimana ketika menikung, membuka gas sampai mengerem.
Sebagai misal saat menikung, Fadly mewanti pantat tak boleh turun terlalu banyak dari jok.
“Kalau terlalu banyak justru akan lekas capai, cukup sedikit saja dan badan yang condong ke tikungan,” sarannya.
Baca Juga: Vario 125 Hadir Dengan Stripping Baru, Tampil Makin Sporti Dan Premium
“Nah saat keluar tikungan, kepala wajib keluar seiring tangan buka gas, sehingga arah motor akan mengikuti.
Posisi badan usahakan sedekat mungkin dengan tangki untuk memberi traksi roda depan, dan pantat mentok ke belakang agar traksi roda belakang juga bagus,” imbuhnya.
Usai evaluasi, masuk ke trek untuk kedua kalinya sudah lebih bisa menikmati. Menikung jadi lebih pede dan tentunya makin kencang.
Karena ternyata jika sesuai saran Fadly, di tikungan Moriwaki MD250H ini memang terbilang sangat diam, walaupun permukaan treknya cukup bumpy dengan tambalan semen.
Baca Juga: Honda BeAT Fi Brebet dan Hilang Power, Ditelisik Mekanik Sebelumnya Lupa
Bicara pengereman, depan dibekali master rem dan kaliper Nissin 4 piston dari Honda RS125.
Ditekan empuk dan pakem banget, makanya jika terlalu kuat menekan, roda belakang bisa terangkat!
Fadly menyarankan ketika melakukan pengereman, posisi lengan selain menekan setang juga harus mendorong badan agar tetap berada di belakang.
Selama seharian, Tester OTOMOTIF bisa masuk trek 4 kali, dan sekali masuk rata-rata hanya sanggup 6-7 lap saja.
Dan seusai latihan kalau Dimas hanya berkeringat biasa, Tester OTOMOTIF merasa seluruh badan sakit.
“Pergelangan tangan, lengan, pundak, punggung dan terutama leher pegal-pegal,” bisik Fariz. Dan ternyata pegal-pegal itu berlanjut sampai 2 hari berikutnya! Hahahaa...
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR