Selama pengetesan kami lebih banyak menggunakan mode 3, karena mode 1 dan 2 terlalu pelan. Buka gas dari keadaan diam, tenaganya terasa responsif tapi tetap manageable.
Tidak mengagetkan, cocok bagi yang baru menggunakan motor listrik. Penyaluran tenaganya terasa linear sampai top speed yang hanya tertera 50 km/jam pada spidometer.
Meski digaspol maupun saat ketemu turunan, kecepatan tetap tidak mau naik. Malah cenderung tertahan. Hal ini membuat perjalanan serasa tidak sampai-sampai.
Mestinya akan lebih baik jika top speed dinaikkan jadi 60 km/jam, agar dapat menyesuaikan dengan rata-rata kecepatan di jalan raya.
Saat dites menggunakan perangkat Racelogic pada mode 3 ternyata kecepatan puncak hanya 46 km/jam. Pantas saja rasanya lambat sekali!
Mencapai kecepatan 40 km/jam butuh waktu 5 detik. Data akselerasi selengkapnya dapat disimak pada tabel.
Karena kecepatannya dibatasi pula, jadi harus pikir-pikir ketika hendak menyalip.
Sering kali di tengah-tengah menyalip sudah sampai top speed, jadinya malah tertahan.
Pihak Rakata menyebut, kecepatan dibatasi dengan pertimbangan konsumsi listrik agar jarak tempuhnya jauh.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR