Otomotifnet.com – Bukan rahasia lagi kalau banyak pengguna mobil bermesin diesel modern atau yang sudah bertekonologi common-rail, kerap mencampur solar.
Dengan maksud agar bisa lebih berhemat, tak sedikit yang suka mengakali mengoplos solar subsidi dengan yang non subsidi.
Selain itu alasan lain mencampur solar ini agar performa mesin tetap ‘dapat’, dibandingkan kalau pakai solar biasa atau solar non subsidi murni.
Padahal menurut Prof. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, ahli konversi energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pernah Otomotifnet.com tanyai, langkah tersebut justru akan mengurangi kinerja bahan bakar dengan kualitas di atasnya.
Baca Juga: Sering Campur Bahan Bakar Beda Oktan? Ini Bahaya Yang Akan Dialami!
Sebab yang tadinya bahan bakar di atasnya punya kemampuan cleaning yang baik, “Begitu dicampur dengan solar dengan kualitas di bawahnya, malah membuat kemampuan membersihkan deposit jadi turun,” jelasnya.
Padahal mesin diesel common-rail kayak di Toyota Kijang Innova, Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport dan sebagainya, sangat rentan rusak bila mengkonsumsi solar yang kemampuan membersihkan depositnya tidak bagus.
Ditambah kandungan sulfur solar subsidi lebih tinggi dibanding solar non subsidi macam Pertamina Dex atau Dex Lite.
Selain dapat mempercepat pembentukan deposit, juga membuat emisi gas buang jadi kurang ramah.
Nah, bila saluran bahan bakar dan nozzle injector-nya sampai tersumbat oleh kerak, bakal makin besar tuh biaya yang dikeluarkan untuk perbaikannya.
Sekadar info, harga sebuah nozzle injector untuk Toyota Kijang Innova diesel atau Fortuner bermesin 2GD sekitar Rp 6 jutaan. Coba dah kalau dikalikan 4 silinder, hehehe..
Mending keluar duit lebih di awal untuk beli bahan bakar dengan kualitas lebih baik yang sesuai spek mesin, dari pada ujung-ujung keluar biaya gede untuk perbaikan mesin. Tul gak?
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR