Kalau seperti ini, mau tidak mau dia terpaksa menginap di SPBU bersama sopir lainnya demi mendapat solar.
"Kadang mau nangis aku. Sudah berjam-jam antre, sudah masuk di SPBU, solarnya habis. Terpaksa itu bermalam," kata Muhadir.
Sementara Guntoro, penjual minyak solar eceran mengatakan, sejak 2-3 hari belakangan solar sulit didapat.
Antrean solar mengular dan terkadang ada aksi serobot antrean di SPBU.
"Nggak tau siapa bekingnya. Ada yang main serobot aja. Banyak sopir marah akhirnya baku hantam," kata Guntoro.
Saat Kompas.com menelusuri jalanan Jambi, kebetulan mobil berbahan bakar solar yang digunakan kritis.
Akhirnya Kompas.com membeli 10 liter solar eceran dengan harga Rp 10.000 per liter, untuk menuju Sarolangun dari Kabupaten Batanghari.
Karena minyak eceran mahal dan khawatir ada campuran minyak ilegal, mobil yang ditumpangi Kompas.com hendak membeli dexlite dengan harga Rp 15.700 per liter.
Sayang, SPBU Batin 24 yang didatangi sedang mengalami pemadaman lampu.
"Maaf bang. Lampu padam jaringan kita hilang, jadi nggak bisa pakai aplikasi my pertamina. Boleh mencari minyak di tempat lain," kata petugas SPBU, bernama HR.
Baca Juga: Pemilik Mobil Diesel di Bengkulu Merenggut, Sudah 3 Bulan Cari Solar Mesti Nginep di SPBU
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR