Sedang untuk tes personalitas lebih mengacu pada pandangan pemohon saat menyikapi suatu kejadian.
Soal-soalnya didesain untuk menunjukkan gambaran perilaku yang mungkin terjadi di jalan.
“Sayangnya pemohon cenderung tidak jujur saat mengisi pertanyaan, dan pertanyaannya sendiri memang kurang komperhensif. Misalnya pertanyaan ‘kalau mengantuk, bagaimana sikap anda?’, sebagian besar pasti jawab menepi, tapi fakta di lapangan biasanya lain,” katanya.
Jadi semisal wacana ini jadi, jawaban pemohon akan semakin diuji pada tes ini, jadi jangan jawab bohong.
Namun perlu dicatat, topik pengetatan tes psikologi ini disebut masih sebuah wacana, namun Riyan mengatakan, realisasinya nanti mungkin bisa berkontribusi pula pada penurunan angka kecelakaan.
“Kalau ada indikasi pemohon itu mentally unstable, kami (psikolog) bisa langsung menangani, dan memberikan konseling khusus,” ucapnya.
Baca Juga: 8 Negara Ini Mengakui SIM Indonesia, Motoran di Sana Gak Perlu Urus Ini Itu
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR